Jakarta (ANTARA) - Pemimpin Minoritas Senat Filipina Franklin Drilon mempertanyakan pembangunan kaldron raksasa yang menelan biaya sekitar 50 juta peso (sekitar Rp 13,8 miliar) untuk api SEA Games ke-30 di negara tersebut, yang dimulai akhir bulan ini.

Drilon, menanggapi penyampaian anggaran infrastruktur SEA Games dari Bases Conversion and Development Authority (BCDA), Senin, mempertanyakan nilai 50 juta peso untuk sebuah kaldron, yang sebenarnya bisa untuk biaya membangun 50 ruang kelas sekolah.

"Benar, kita mengesampingkan pembangunan 50 ruang kelas demi membuat kalron senilai 50 juta peso yang hanya dipakai satu kali," kata Drilon seperti dikutip dari Philstar, Selasa.

Kaldron SEA Games Filipina 2019 tersebut berukuran tinggi 50 meter dan lebar tiga meter, dan akan ditempatkan di pintu masuk stadion atletik di New Clark City di Tarlac, sebagai tempat api SEA Games.

SEA Games ke-30 di sejumlah tempat di Filipina akan dimulai pada 30 November dan berakhir 11 Desember 2019.

BCDA mengklarifikasi bahwa kaldron tersebut dibangun oleh Komisi Olahraga Filipina.

Presiden BCDA Vivencio Dizon, melalui ketua Komite Anggaran Senat, Senator Sonny Angara, menjelaskan bahwa kaldron SEA Games dibangun sebagai simbol negara selama pesta olahraga Asian Tenggara dua tahunan yang kali ini diadakan di Filipina.

Menurut Angara yang membela biaya pembangunan kaldron itu, mengatakan Kongres yang menetapkan anggaran layak untuk proyek-proyek itu.

"Tentu saja, sebelumnya, kami tidak tahu bagaimana uang itu akan didistribusikan," kata senator itu.

Drilon mengatakan karena alasan itulah ia mengajukan pertanyaan tentang validitas membangun kaldron besar dengan biaya 50 ruang kelas.

Sementara itu, Angara menambahkan bahwa negara-negara Asia Tenggara lainnya juga melibatkan perancang-perancang kreatif dan juga penampilan-penampilan untuk acara olahraga internasional.

"Menurut saya pemerintah ini menjadi tuan rumah yang sangat mengesankan dan menunjukkan kemampuan Filipina dengan menggunakan desainer dan penampilan kreatif," kata Angara.

"Inilah yang juga dilakukan oleh negara-negara Asia Tenggara lainnya ketika giliran mereka menjadi tuan rumah," tambahnya.

Drilon meminta Komisi Audit Senat untuk melakukan audit khusus untuk penyelenggaraan SEA Games negara itu.

Tetapi Angara mengatakan audit khusus hanya dilakukan ketika audit normal tidak cukup.

Ini adalah keempat kalinya negara itu menjadi tuan rumah SEA Games.

Pewarta: Teguh Handoko
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2019