Magelang (ANTARA) - Forum Petani Multikultur Indonesia (FPMI) mendesak pada pemerintah yang akan menaikkan cukai rokok sebesar 23 persen di tahun 2020 harus diikuti kebijakan membantu petani melakukan diversifikasi komoditas pertanian.

"Kebijakan diversifikasi komoditas pertanian dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani menuju tujuan pembangunan berkelanjutan," kata Ketua FPMI Istanto, di Magelang, Selasa.

Ia menyampaikan hal tersebut usai temu Tani Multikultur Nasional pertama yang digelar di Kota Magelang. Pertemuan yang berlangsung pada 17-18 November 2019 diikuti petani dari berbagai provinsi, antara lain Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

Ia mengatakan FMI juga mendesak pada pemerintah membuat kebijakan tentang diversifikasi komoditas pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan petani menuju tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

Baca juga: Kenaikan tarif cukai rokok diminta diimbangi penindakan rokok ilegal

"Diversifikasi harus diikuti program menyeluruh meliputi pelatihan pertanian, kesiapan pasar, penyediaan kredit dan asuransi, serta informasi kondisi iklim dan tanah untuk tanaman alternatif," katanya.

Ia menuturkan rekomendasi lain pada pemerintah adalah mendorong terciptanya lingkungan sehat tanpa asap rokok, iklan rokok, promosi dan sponsor untuk melindungi generasi muda. Melakukan perubahan kebijakan pengendalian tembakau yang komprehensif.

Ia menyampaikan dalam diskusi selama dua hari tersebut petani menyadari penggunaan rokok menyebabkan kematian lebih dari 200.000 orang per tahun di Indonesia, juga menimbulkan masalah kesehatan petani, melibatkan pekerja anak, kemiskinan, polusi air dan kerusakan lahan.

Baca juga: Regulasi cukai rokok idealnya tutup celah kerugian penerimaan negara

"Petani juga menyadari bahwa industri tembakau dan investor multinasional lebih banyak memperoleh keuntungan dibandingkan dengan petani dan pekerja pabrik yang menjadi korban rokok," katanya.

Oleh karena itu, katanya FPMI mendukung pemerintah menaikkan harga dan cukai rokok sehingga tidak dapat diakses oleh anak-anak. Merokok mengancam hak hidup dan hak kesehatan, terutama orang-orang yang berisiko seperti anak-anak, remaja, wanita, dan orang-orang berpenghasilan rendah.

Ketua Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Universitas Muhammadiyah Magelang (UMM) Retno Rusdjijati mengatakan pertemuan difasilitasi MTCC UMM, LP3M UMM, dan The Union.

Pada pertemuan itu didiskusikan berbagai agenda mendesak terkait perkembangan kondisi terkini terkait pertanian baik tembakau maupun tanaman alternatif lain.

"Petani juga berbagai cerita tentang kesuksesan usaha yang dilakukan di daerah masing-masing dan permasalahan serta kendala yang dihadapi," katanya.

Ia berharap pada pertemuan ke depan bisa lebih banyak lagi petani yang terlibat dari berbagai daerah di Indonesia sehingga jaringan yang lebih kuat. ***1***

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019