Aktivitas tersebut telah dimulai pertengahan Oktober lalu dan akan dilaksanakan selama tiga bulan
Jakarta (ANTARA) - Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) Kementerian ESDM bersama PT Pertamina EP melaksanakan Survei Geokimia Microseapage Area Offshore di Blok Matindok, Sulawesi Tengah.

Aktivitas tersebut telah dimulai pertengahan Oktober lalu dan akan dilaksanakan selama tiga bulan, mulai dari persiapan, akuisisi data geofisika dan pengambilan sampel untuk analisis geokimia hingga akhir Desember 2019 nanti, berdasarkan data dari Kementerian ESDM yang diterima di Jakarta, Rabu.

Survei ini dilatarbelakangi oleh upaya PT Pertamina EP untuk meningkatkan cadangan demi menjamin keberlangsungan industri hulu migas. Salah satu potensi yang besar adalah potensi sumber daya migas di area lepas pantai Matindok, yang meliputi meliputi area prospek Bubalus, Kudukudu dan Kepekepa.

Baca juga: Kinerja Pertamina EP Donggi Matindok dinilai memuaskan

Kegiatan survei ini ditujukan untuk mengantisipasi tingginya risiko pemboran dan biaya tinggi, terkait dugaan keberadaan potensi hidrokarbon di area Pantai Matindok khususnya keberadaan source rock di area lepas pantai Matindok. Selain itu survei dilakukan untuk membuktikan adanya source rock alternatif selain di Batui Trust Kitchen, serta mengurangi resiko operasional pemboran di laut dalam.

Source rock adalah batuan yang kaya zat organik dan jika mengalami cukup pemanasan akan menghasilkan minyak dan gas. Batui Thrusts merupakan jalur deformasi benturan antara mikrokontinen Banggai-Sula dengan East Sulawesi Ophiolite (ESO), yang terjadi sebagai akibat benturan antara mikrokontinen Banggai-Sula dengan Sulawesi Timur.

Lapangan migas Donggi-Matindok memiliki peran penting dalam mendukung produksi gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) Indonesia. PT Pertamina EP Asset 4 mengembangkan lapangan migas Donggi Matindok Field sejak April 2016 lalu. Saat ini lapangan migas tersebut memproduksikan gas dan kondensat dari 2 struktur aktif yaitu Donggi dan Matindok. Lapangan Matindok telah menghasilkan kondensat dan sudah mulai mengirimkan LNG tahun 2017.

Pertamina EP juga melakukan penilaian lanjut terhadap Direct Hydrocarbon Indicators (DHI) di prospek area lepas Pantai Matindok, terutama yang menunjukkan eksistensi indikasi keberadaan hidrokarbon secara langsung. DHI dapat membantu untuk menyimpulkan adanya akumulasi hidrokarbon pada data seismik. Tindakan ini menggunakan pendekatan analisa geokimia terhadap rembesan micro dan macro seepages dalam perencanaan eksplorasi yang lebih tepat.

Survei yang dilakukan oleh Puslitbang Geologi Kelautan meliputi area seluas 1.225 kilometer persegi dengan kedalaman air rata-rata di atas 500 hingga 1000 meter. Wahana survei yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Kapal Riset Geomarin III dan ditunjang peralatan survey geologi dan geofisika, di antaranya Multibeam Echosounder (MBES), Subbuttom Profiling (SBP), Sidescan Sonar (SSS), serta peralatan Piston Corer, dan dilengkapi dengan Sound Velocity Profile (SVP).

Pelaksanaan survei geofisika telah dilaksanakan mulai tanggal 26 Oktober hingga tanggal 7 November 2019, sedangkan survei geologi mulai dilaksanakan tanggal 13 November hingga akhir bulan Desember 2019.

Baca juga: Pertamina EP salurkan gas CPP Matindok April
Baca juga: Pertamina gunakan teknologi ramah lingkungan proyek Matindok


Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019