Bagi perusahaan, garam saat ini sedang terpuruk sepanjang sejarah
Jakarta (ANTARA) - BUMN PT Garam menginginkan petani yang menjadi produsen garam di berbagai daerah dapat bangkit dari keterpurukan serta mengajak berbagai pihak untuk mau menyerap hasil petani garam Nusantara.

"Bagi perusahaan, garam saat ini sedang terpuruk sepanjang sejarah," kata Dirut PT Garam Budi Sasongko dalam Rapat Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Komisi IV DPR RI, Jakarta, Rabu.

Menurut dia, indikasi titik nadir antara lain terkait dengan rendahnya harga garam yaitu saat ini hanya sekitar Rp400 per kilogram, padahal itu terletak di sekitar sentra produksi komoditas garam di Madura.

Baca juga: Menteri Edhy Prabowo dorong penyerapan garam nasional tekan impor

Sedangkan untuk beban produksi yang harus dikeluarkan petani bisa di atas itu atau lebih dari Rp500 per kilogram.

Dengan harga garam yang sedang terpuruk, Dirut PT Garam menginginkan DPR juga dapat mendorong berbagai pihak industri terkait untuk bisa menyerap hasil garam dalam negeri.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengatakan pihaknya telah menyiapkan beberapa rencana dalam rangka mendorong penyerapan garam nasional agar dapat menekan kegiatan impor.

Penyerapan garam nasional tersebut berkaitan dengan harganya yang sedang jatuh sehingga dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas dan produksi dari garam itu.

“Garam ini tidak ada badan yang menangani. Beras yang dikuasai Bulog saja harganya tidak terkontrol. Apalagi garam yang bebas sama sekali. Dengan adanya impor yang besar kemarin itu tentunya akan berpengaruh,” katanya di Jakarta, Selasa (5/11).

Edhy menuturkan langkah pertama yang diambil adalah pihaknya beserta Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan berusaha memetakan wilayah yang memiliki potensi garam.

“Kita sudah memetakan di mana titik-titik sentral garam karena petani garam kita kan besar ada 19 ribu orang dan hampir ada 27 ribu hektar,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga akan meningkatkan kualitas garam dengan menggunakan geomembrane beserta program pugarnya sehingga bisa menghasilkan produksi dalam jumlah besar.

Edhy mengatakan saat ini sudah ada 7 ribu hektare lahan yang menggunakan geomembrane dengan satu hektare nya mampu menghasilkan produk sekitar 30 persen lebih banyak serta garamnya berwarna lebih putih.

Baca juga: Menristek dorong potensi sisa garam untuk baterai mobil listrik
Baca juga: Petambak adukan anjloknya harga garam ke DPRD Sumenep

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019