Kita harus berani mengenal perbedaan antara mutiara SSP, mutiara air tawar, dan mutiara hasil rekayasa
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong masyarakat untuk dapat mengenali perbedaan antara berbagai jenis mutiara, terutama agar dapat meningkatkan minat terhadap mutiara asli Indonesia, yaitu south sea pearl (SSP).

"Kita harus berani mengenal perbedaan antara mutiara SSP, mutiara air tawar, dan mutiara hasil rekayasa," kata Sekjen KKP Nilanto Perbowo dalam acara pembukaan Indonesian Pearl Festival yang diselenggarakan di Atrium Lippo Mall Kemang, Jakarta, Kamis.

Dalam acara yang digelar pada tanggal 21-24 November itu, Nilanto Perbowo mengungkapkan bahwa harga mutiara SSP bisa mencapai sekitar 16-18 dolar/gram, dan satu biji bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Baca juga: Menjadikan Indonesia pemain utama komoditas mutiara SSP

Untuk itu, ujar dia, sudah selayaknya agar warga dapat membeli mutiara di tempat yang tepat agar ke depannya tidak kecewa berat karena ternyata mutiara yang dibeli adalah hasil olahan mutiara yang kualitasnya buruk.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dalam jumpa pers di Kantor KKP, Jakarta, Kamis (14/11), menuturkan, perlu ada edukasi terhadap masyarakat, terutama dalam membedakan mutiara yang asli dengan yang tidak.

Edhy menuturkan, dirinya pernah diajarkan bahwa untuk mengetahui mutiara asli bisa dengan menggunakan alat pemotong seperti pisau cutter.

Kalau mutiara asli, ujar dia, maka bila digores dengan pisau cutter tersebut tidak akan cidera, tetapi bila mutiara itu dari bahan sintetis akan tampak goresannya.

Senada, Ketua Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) Anthony Tanios menyatakan, penting untuk membuat edukasi bagi masyarakat, agar bisa benar-benar membeli mutiara yang asli.

Anthony juga menyoroti masih adanya banyak mutiara impor yang masuk dari China ke Indonesia.

Sementara itu, Dirjen Penguatan Daya Saing Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Agus Suherman, memaparkan, Indonesia memiliki banyak sentra pengembangan yaitu di Sumatera Barat, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat.

Sebelumnya, KKP mendorong agar pusat pemuliaan induk di berbagai daerah terus memproduksi induk dan benih unggul tiram mutiara untuk menghentikan berkurangnya ketersediaan induk tiram mutiara yang terdapat di alam.

"Ke depan tidak boleh ada lagi hatchery (tempat penetasan) kerang mutiara yang menggantungkan keperluan induknya dari alam, tapi harus didapatkan dari pusat induk kekerangan," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto.

Menurut dia, hal tersebut penting sebagai bagian dari upaya mengendalikan eksploitasi induk tiram mutiara yang selama ini masih tergantung dari tangkapan di alam dan berdampak terhadap penurunan stok induk tiram mutiara di berbagai lokasi.

Baca juga: KKP gelar Festival Mutiara tingkatkan animo budi daya

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019