Saya tidak akan meninggalkan kampus, itu akar saya
Jakarta (ANTARA) - Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Ari Dwipayana selama lima tahun ke belakang dikenal sebagai Tim Komunikasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama sejawatnya, Sukardi Rinakit, dan banyak menghabiskan perannya di belakang layar dalam aktivitas kepresidenan.
  
Ari Dwipayana diangkat menjadi staf khusus bidang politik dan pemerintahan pada 4 September 2015.  Selain dikenal sebagai pengamat politik, Ari menyelesaikan studi S1 di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol Universitas Gajah Mada (UGM) pada 1995. ‎Pada 2003, Ari memperoleh gelar Master Ilmu Politik di Program S2 Ilmu Politik Universitas Gajah Mada. Selanjutnya, mencapai puncak akademik dengan meraih gelar Doktor Ilmu Politik UGM pada tahun 2013. Ari juga ‎dikenal dekat dengan sejumlah tokoh PDIP karena disertasinya mengulas tentang partai tersebut dengan judul "Runtuhnya Pembiayaan Gotong-Royong: Studi tentang Pembiayaan PDIP 1993-2009.‎"

Ari pernah menjadi peneliti di Institute for Research Empowerment Yogyakarta dan dan Sekretaris Yayasan Interfidie Yogyakarta. Pada Januari 2003, Ari mendirikan Yayasan Uluangkep, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak dalam penelitian dan pemberdayaan desa adat di Bali. Kemudian pada 2011, Ari diminta menjadi Ketua Yayasan Tat Twam Asi, Yogyakarta.

Ia juga dikenal aktif menulis buku, buku yang pernah diterbitkan antara lain, Kelas dan Kasta: Pergulatan Kelas Menengah di Bali, Bangsawan dan Kuasa: Kembalinya Para Ningrat di Dua Kota, Globalism: Pergulatan Politik Respresentasi atas Balik, Cost of Democracy di Tiga Kabupaten, Demokrasi Lokal: Peran Aktor dalam Demokratisasi, dan Pluarlisme Kewarganegaraan: Arah Baru Politik Keragaman di Indonesia.

Kini, di periode kedua Pemerintahan Jokowi, pria berdarah Bali itu kembali dipanggil Presiden dengan penugasan khusus sebagai Koordinator Staf Khusus Presiden.
 
Koordinator Staf Khusus Presiden, Anak Agung Gede Ngurah Ari Dwipayana (tengah) bersama dengan Presiden Joko Widodo dan mantan Wapres Jusuf Kalla. (ANTARA/Istimewa)

Meski itu berarti rutinitasnya akan sama dengan lima tahun sebelumnya yang banyak dihabiskan di lingkungan Istana, namun ada banyak hal baru yang dihadapinya kini. Pewarta LKBN ANTARA, Hanni Sofia, mewawancarai pria yang akrab disapa Bli Ari itu. Berikut petikan wawancara dengan pria kelahiran Ubud, 25 Februari 1972 itu:

Apa hal baru dari penugasan Presiden kali ini?

Ada yang baru untuk saya, sekarang tanggung jawab saya bertambah dengan tugas tambahan sebagai Koordinator Staf Khusus Presiden. Itu yang beda dengan sebelumnya, mulai saat ini punya tanggung jawab untuk mengkoordinasi staf khusus-staf khusus Presiden, pembantu Presiden.

Apa saja yang ditugaskan Presiden?

Staf Khusus Presiden tidak ada pembidangan, media saja yang kemarin memberikan label siapa staf khusus bidang apa. Tapi tidak ada bidang. Intinya, staf khusus ya menjalankan tugas-tugas khusus yang diberikan Presiden, sebuah tugas dengan sifat kekhususan yang membedakan dengan staf Presiden yang karena ada kekhususan itu.

Bagaimana rencana kerja setelah dilantik?

Sampai sejauh ini masih sama seperti lima tahun sebelumnya, ruangan saya masih sama. Hanya kemarin ada tugas baru mengkoordinasi gugus muda, teman-teman milenial yang sudah akan mulai bekerja. Mereka akan menjadi teman Presiden untuk berdiskusi dengan gagasan baru yang segar, inovatif, dan penuh terobosan. Saya mendapatkan tugas untuk mengkoordinasi mereka. Ada tujuh staf khusus, ditambah yang sudah ada sebelumnya dan nanti ditambah staf khusus lain sehingga perlu ada koordinasi yang baik.

Bagaimana perasaan saat ditunjuk kembali?

Ya tugas, namanya tugas. Tapi memang dari awal kan saya punya komitmen pribadi untuk membantu Pak Presiden. Komitmen personal saya, kita harus dukung orang baik untuk menyelesaikan tugas besar. Karena tugas Presiden besar banget, artinya hal yang ingin beliau lakukan, hal yang ingin beliau reform dan wujudkan adalah suatu yang besar sekali yang kita juga ingin dukung supaya bangsa ini bisa melompat.

Rutinitas harian akan sama seperti lima tahun sebelumnya?

Rutinitas cenderung akan sama seperti lima tahun yang lalu. Saya akan lebih banyak menyiapkan hal-hal yang ditugaskan Pak Presiden, dari belakang meja dan tambahan baru jadi Koordinator Staf Khusus.
 

Presiden perkenalkan 7 staf khusus yang masih berusia muda

Harapan ke depan?

Kita ingin keberadaan Staf Khusus betul-betul efektif, ada hal-hal yang semakin kontributif dan manfaatnya semakin jelas. Bukan berarti sebelumnya tidak jelas tapi dengan keberadaan Staf Khusus-Staf Khusus ini harus memberikan penguatan input, gagasan, warna baru supaya betul-betul mewarnai kebijakan yang dibuat Presiden. Apalagi penugasan ke staf khusus saat ini sudah semakin jelas, tidak hanya ke diaspora, santri, dan lain-lain. Apalagi ini santripreneur kan penting di lingkungan pesantren untuk menebarkan virus inovasi.

Adakah kesibukan lain?

Saat ini saya aktif di Kagama, saya sebagai Sekjen Kagama, periode 2014-2019. Kemarin di Munas saya sebagai Badan Pekerja tepatnya Ketua Badan Pekerja Munas dan Ketua Umum Munas.

Bagaimana interaksi dengan UGM sebagaimana sebelumnya sebagai pengajar di kampus?

Saya tidak akan meninggalkan kampus, itu akar saya. Saya berakar kuat dari kampus sehingga interaksi dengan komunitas di kampus tetap terbangun, apalagi saya Sekjen Kagama. Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) itu bagian dari hidup saya.

Baca juga: Presiden Jokowi prioritaskan seni-budaya bangun karakter bangsa

Baca juga: Kagama akan gelar orasi kebangsaan di Jakarta

 

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019