Di Nunukan yang belum tertangani adalah sampah plastiknya, untuk limbah rumah tangga sudah ada TPA
Nunukan, Kaltara (ANTARA) - PT Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field membantu program penguatan Bank Sampah Induk Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, dalam mengelola limbah botol plastik di wilayah perbatasan RI-Malaysia tersebut.

"Nunukan adalah pulau kecil, namun impor limbah botol plastiknya mencapai 1,6 ton per minggu. Padahal di Nunukan sendiri limbah botol plastik juga berlimpah," kata Enriko Estrada Hutasoit, Asisten Manager Legal & Relation Pertamina EP Tarakan Field di Tarakan, Kalimantan Utara, Jumat.

Data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Nunukan menunjukkan hingga September 2019 jumlah sampah anorganik yang dihasilkan dari kabupaten ini sudah mencapai 2.295 ton dan 649 ton organik. Sampah anorganik tersebut naik cukup tinggi dibandingkan 1.616 ton pada 2018 dan 985 ton tahun 2017.

Bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup, Enriko mengatakan Tarakan Field sejak 2018 membuat program CSR bagi Bank Sampah Induk Nunukan yang fokus pada pengolahan limbah anorganik botol plastik.

"Di Nunukan yang belum tertangani adalah sampah plastiknya, untuk limbah rumah tangga sudah ada TPA (Tempat Pembuangan Akhir)," katanya.

Langkah awal yang diambil adalah dengan memfasilitasi benchmark dengan Kota Tarakan, tepatnya dengan KSM Ramah Lingkungan di Kelurahan Kampung Enam, Tarakan. KSM Ramah Lingkungan adalah mitra binaan Tarakan Field yang sudah mandiri dari program pengelolaan sampah.

Bank Sampah Induk Nunukan juga diberi pelatihan bagaimana mengelola manajemen bank sampah serta bantuan mesin pres. Ke depan Bank Sampah Induk Nunukan dirancang untuk menjadi ujung tombak pengelolaan sampah di wilayah perbatasan negara ini.

Untuk tahun 2020, lanjut Enriko, pihaknya bersama Pemkab Nunukan memfasilitasi bank sampah induk dalam program pembuatan pelampung rumput laut ramah lingkungan. Hal ini terkait dengan keberadaan Pulau Nunukan khususnya di Mamolo, yang dikenal sebagai produsen rumput laut terbesar di Kalimantan Utara.

Baca juga: Pertamina kembalikan kampung abrasi ke permukaan
Baca juga: Pertamina EP Cepu bantu instalasi limbah perajin batik


Botol plastik biasanya dimanfaatkan nelayan setempat sebagai pelampung budidaya rumput laut. Namun, karena paparan air laut, pelampung botol tersebut mudah rusak. Biasanya penggunaan botol plastik untuk pelampung rumput laut hanya bisa dipakai 1 atau 2 kali panen saja.

"Dengan inovasi pelampung yang akan kita buat ini lebih tahan lama bisa sampai 5 tahun pakai sehingga kita bisa menekan penggunaan limbah plastik impor di perairan Mamolo," katanya.

Ketua Bank Sampah Induk Nunukan, Bambang Eko Purwanto mengatakan sejak menjadi mitra binaan Pertamina EP Tarakan Field, lembaga yang dipimpinnya sudah menaungi 18 unit bank sampah dengan jumlah nasabah mencapai 5.000 orang.
Ketua Bank Sampah Induk Nunukan, Bambang Eko Purwanto (tengah) saat menjelaskan tentang proses pengumpulan dan penjualan limbah botol plastik di Nunukan, Kalimantan Utara, Kamis (21/11/2019). ANTARA/Faisal Yunianto


Bank Sampah Induk Nunukan bisa mengumpulkan sampah botol plastik dari bank-bank sampah yang ada di seluruh Nunukan rata-rata 1 ton tiap minggu atau 4 ton per bulan.

"Sampah botol plastik tersebut tidak hanya buatan dalam negeri, namun juga limbah botol plastik dari Malaysia," kata Bambang saat ditemui di depo bank sampah induknya di Nunukan, Kamis (21/11).

Sampah botol plastik itu dibeli dengan harga Rp1.000 per kilogram. Setelah dipres atau dicincang, dijual Rp2.000 per kg. Kecuali plastik dalam bentuk cacahan yang bisa laku Rp2.200 - Rp3.000 per kilogram.

Sampah botol plastik yang telah dipres atau dicacah dikirimkan ke pabrik pengolahan daur ulang sampah di Surabaya, Jawa Timur. Rata-rata pengirimannya bisa mencapai 2 ton setiap bulan.

"Kami tidak kirim langsung ke Surabaya karena biaya pengirimannya mahal, mencapai Rp10 juta per sekali kirim. Jadi dijual ke pengepul besar yang langsung kirim ke Surabaya," kata Bambang.

Kepala Bidang Persampahan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Nunukan, Joned mengatakan keberadaan Bank Sampah Induk Nunukan yang dibentuk pada 2017, bertujuan memberikan edukasi kepada masyarakat pentingnya penyelamatan lingkungan. Selain itu, pengelolaan sampah plastik juga mempunyai nilai ekonomi.

Oleh karena itu Pemkab Nunukan akan terus mendukung program pengelolaan sampah plastik. Termasuk dalam pemberian subsidi operasional atau gaji bagi 4 orang petugas bank sampah induk.

Baca juga: Proyek Jambaran-Tiung Biru PEPC kinerja progresif
Baca juga: Ahok jadi Komisaris Utama PT Pertamina, sebut Erick Thohir

 

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Apep Suhendar
Copyright © ANTARA 2019