Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan dua hal utama terkait tata kelola dan perdagangan global dewasa ini dalam pertemuan para menteri luar negeri G20 di Nagoya, Jepang, Sabtu,

Pertama, Indonesia menegaskan relevansi perdagangan bebas dan adil di tengah dunia yang diwarnai instabilitas, meningkatnya tensi perdagangan dan geopolitik, serta melemahnya pertumbuhan global.

“Perdagangan global harus mengedepankan pendekatan win-win bukan zero sum”, tutur Menlu Retno dalam keterangan tertulis Kemlu RI, Sabtu.

Baca juga: Menakar posisi tawar Indonesia dalam forum ASEAN dan G20

Menlu menegaskan bahwa Indonesia senantiasa berkomitmen untuk mendorong perdagangan bebas dan adil. Komitmen tersebut diwujudkan Indonesia untuk terus menjembatani penyelesaian perjanjian perdagangan bebas dan pada saat yang sama, menyelesaikan berbagai perjanjian perdagangan bebas dengan berbagai negara.

Kedua, Indonesia menekankan pentingnya kepemimpinan global untuk mewujudkan tata kelola dunia saat ini.

“Forum G20 harus menjadi platform dan model bagi kepemimpinan global. Kepemimpinan global harus memperkuat nilai-nilai multilateralisme yang dapat mendorong perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran dunia," tutur Retno.

Selain dua hal tersebut, Menlu Retno juga menggarisbawahi pentingnya membangun kemitraan yang tulus dengan Afrika.

Kemitraan yang saling menguntungkan dan komitmen untuk tumbuh bersama dengan negara-negara Afrika adalah bentuk kerja sama yang harus dikembangkan dengan Afrika. Kita harus mendukung penuh solusi yang berasal dari Afrika," ujar dia.

Bagi Indonesia, kawasan Afrika menjadi salah satu prioritas politik luar negeri. Pada 2018, Indonesia menggelar Indonesia-Africa Forum dan dilanjutkan dengan Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue tahun ini. Hal ini dilakukan untuk membangun hubungan ekonomi dan pembangunan yang saling menguntungkan dengan negara-negara di Afrika khususnya dalam bidang infrastruktur.

Baca juga: Empat strategi diplomasi ekonomi Indonesia di Afrika

Di sela-sela pertemuan G-20, Menlu Retno juga melakukan pertemuan bilateral dengan menlu Selandia Baru, Jepang, Australia, Chile, Belanda, serta menteri urusan persemakmuran, PBB, dan Asia Selatan Inggris dan Gubernur Prefektur Aichi.

Menlu Retno membahas kerja sama ekonomi dan investasi dengan negara tersebut dan menyampaikan prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo periode kedua yang menekankan pada pembangunan SDM dan keberlanjutan pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Khusus dengan Menlu Jepang, Menlu Retno menekankan pentingnya kerja sama untuk memperkuat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) guna memperluas akses produk kelapa sawit Indonesia dan turunannya di Jepang dan mendorong masuknya tenaga kerja terampil Indonesia untuk mengisi kebutuhan di Jepang.

Pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri G20 merupakan pertemuan penutup dari Presidensi Jepang pada G20 tahun 2019. Setelah Jepang, Presidensi G20 secara berturut-turut akan dipegang oleh Arab Saudi (2020), Italia (2021), India (2022), dan Indonesia (2023).

Arab Saudi telah mengumumkan bahwa pertemuan Sherpa G20 di bawah Presidensi Arab Saudi akan diselenggarakan di Riyadh, 4-5 Desember 2019.

Baca juga: Indonesia dukung Arab Saudi pimpin G20 pada 2020

G20 merupakan forum kerja sama negara-negara perekonomian besar dunia yang secara kolektif mewakili 85 persen PDB dunia, 75 persen perdagangan global, dan 2/3 penduduk dunia.

G20 beranggotakan 19 negara yaitu Amerika Serikat, Afrika Selatan, Argentina, Australia, Brazil, China, Kanada, Jepang, Jerman, India, Indonesia, Italia, Korea Selatan, Meksiko, Perancis, Rusia, Saudi Arabia, Turki dan 1 Kelompok Regional (Uni-Eropa).

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019