Taipeh, Taiwan (ANTARA) - Dugaan baru bahwa Beijing berusaha menyusupi demokrasi di Taiwan mengacaukan kampanye pemilihan umum di pulau itu pada akhir pekan ini, dan pesaing utama Presiden Tsai Ing-wen mengatakan ia akan mundur kalau telah menerima uang dari Partai Komunis China.

Seorang pembelot China, yang disebutkan bernama Wang "William" Liqiang oleh media Australia, menyampaikan pernyataan di bawah sumpah kepada Organisasi Intelijen Keamanan Australia, atau ASIO, mengenai upaya Beijing untuk mempengaruhi politik di Taiwan, Hong Kong dan Australia.

Baca juga: AS nyatakan prihatin dengan upaya China untuk pengaruhi pemilu Taiwan

Secara khusus Wang mengatakan ia membantu membimbing perhatian media positif ke arah politisi tertentu Taiwan, termasuk penantang utama Tsai, Han Kuo-yu dari Partai Kuomintang --yang bersahabat dengan China, demikian laporan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad. China, di dalam pernyataan pada Sabtu malam (23/11), mengatakan Wang adalah penipu terpidana yang melakukan perjalanan dengan dokumen palsu.

Taiwan, yang diklaim oleh China sebagai wilayahnya yang akan dibawa ke dalam kendali Beijing melalui kekuatan jika perlu, sudah berada dalam siaga tinggi untuk upaya China menggoyang pemilihan presiden dan anggota Dewan Legislatif, yang dijadwalkan pada 11 Januari, baik melalui kegiatan penyebaran informasi yang menyesatkan maupun lewat intimidasi militer.

Perincian mengenai apa yang diduga dilakukan China di Taiwan dengan cepat menyulut reaksi keras dari Han dan partainya dan Tsai serta Partai Progresif Demokratis (DPP) yang dipimpinnya dan berkuasa. DPP mendukung kemerdekaan resmi Taiwan, garis merah buat Beijing.

Baca juga: Menhan China: Penyelesaian 'soal Taiwan' kepentingan nasional terbesar

Ketika berbicara dalam persinggahan kampanye di Taiwan Timur pada Sabtu, Tsai mengatakan "bayangan" China menjadi makin jelas dan makin jelas.

Taiwan tak boleh membiarkan China menghancurkan nilai-nilai demokrasinya, tambah Tsai.

Ketua DPP Cho Jung-tai, yang menulis di laman Facebooknya, mengatakan Kuomintang bergabung dengan Partai Komunis China melawan Taiwan dan mendesak rakyat agar memanfaatkan suara mereka secara bijaksana.

Baca juga: Taiwan kecam "kediktatoran" China di bawah pemerintahan komunis

"Akankah satu suara akan memutuskan apakah Taiwan ingin memasuki China, yang totaliter, bersama Kuomintang?" tulis Cho.

Kuomintang menyebut laporan di media Australia "sangat sensasional", dan menambahkan partai tersebut berharap pemerintah tidak menggunakan itu untuk "mempermainkan ketakutan kartu komunis".

Sumber: Reuters

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019