Aneka makanan ringan, minuman, biskuit atau minyak goreng digelar ratusan siswa SD Khadijah, Surabaya di halaman sekolah mereka (20/9). Mereka bukannya hendak menjual makanan dan minuman itu, namun mereka tengah berkreasi dengan keranjang rotan yang disiapkan guru mereka. Dengan beralaskan tikar, siswa kelas 3 hingga 6 itu memanfaatkan plastik kemasan, pita warna-warni, dan gunting untuk merangkai makanan-minuman itu dalam Lomba Membuat Parcel. Lomba yang baru pertama kali diadakan itu diikuti 372 siswa yang diatur dalam satu kelompok untuk membuat 2-3 parcel, sedangkan setiap kelompok terdiri atas 9-12 anak. "Baru kali ini, saya membuat parcel, tapi senang sekali, karena saya bisa berkreasi bersama teman-teman," kata siswa kelas 4-B, Ilham, didampingi temannya, Firda. Hal senada juga disampaikan Afaf. "Saya belum pernah membuat parcel, tapi rasanya kayak mainan saja. Saya senang," kata siswi kelas 3-A itu. Di seberang sana, siswi kelas 5-B bernama Lia tampak melilitkan sebuah hiasan kertas berwarna merah pada pegangan keranjang parcel. Tak hanya itu, benda-benda itu ditata sedemikian rupa sehingga terlihat cantik. "Kami patungan ada yang Rp 5 ribu, Rp 10 ribu, bahkan Rp 20 ribu," kata Bintang yang satu kelompok dengan Lia. Lihat pula Alya Nadia dari kelas 6-C. Ia memiliki ukuran keranjang paling besar dibanding kelompok kelas lainnya. Isinya pun termasuk besar yaitu sebuah biskuit kaleng, minuman penyegar atau teh celup yang jumlahnya dua kali lebih banyak. "Kami pilih-pilih sendiri jenis makanannya disesuaikan dengan sumbangan yang terkumpul," kata Alya. Menurut guru SD Khadijah, Mar`atus Solikha, pemberian parcel itu merupakan inisiatif para siswa, termasuk mengenai besaran jumlah patungan yang harus dikumpulkan siswa. "Awalnya, sekolah berencana membuat 36 paket parcel yang berarti masing-masing kelas membuat satu parcel dengan kisaran patungan minimal Rp 5 ribu," kata bu Ika. Senada dengan itu, guru lainnya, Mir`atus Sholihah, mengatakan sekolah hanya menyiapkan 36 keranjang, sedangkan anak-anak diminta membawa isi parcel dengan setiap anak membawa satu barang. "Kenyataannya, anak-anak tidak hanya membawa satu barang, sebab banyak juga yang membawa lebih dari satu barang, bahkan ada yang membawa empat barang dan membawa keranjang sendiri," katanya. Tapi, ada juga yang patungan uang untuk beli barang, sehingga target 36 parcel tampaknya bisa mencapai dua kali lipat dari rencana. Hasil karya mereka, katanya, memang dilombakan untuk menentukan karya terbaik yang menjadi juara 1, 2, 3, harapan 1, dan harapan 2. "Tapi, hasil karya mereka akan dibagikan kepada kaum fakir miskin yakni 20 parcel kepada Panti Asuhan Ruqoiyah Jl Peneleh, dan 20 parcel kepada Panti Asuhan Khadijah di lingkungan sekolah," katanya. Sisanya, sekitar 20-an parcel, katanya, akan dibagikan kepada tukang becak yang biasa mangkal di sekitar sekolah. "Tukang becak itu akan dipilih anak-anak secara spontan, karena parcel itu memang dibagikan anak-anak, baik kepada anak yatim di panti asuhan maupun tukang becak, sehingga melatih mereka untuk peduli, sekaligus kreatif," katanya. Kegiatan ini mengajarkan bahwa agama itu bukan hanya teori di kelas, tapi juga harus dipraktikkan dalam bentuk amal saleh dan kepedulian kepada fakir miskin.(*)

Oleh Oleh: Edy M Ya`kub
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008