Mereka mohon dukungan ekspor tersebut agar bisa produksi secara masif
Jakarta (ANTARA) - Pengusaha asal Amerika Serikat, ATI Metals  meminta dukungan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan ekspor baja, yang diproduksi mitranya di Morowali, Sulawesi Tengah, ke Negeri Paman Sam pada 2020.

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga dalam jumpa pers di Jakarta, Senin, mengatakan permintaan itu disampaikan langsung perusahaan tersebut di sela kegiatan kunjungan kerjanya ke AS pada 16-21 November lalu.

Jerry menjelaskan ATI Metals merupakan perusahaan AS yang sudah membangun kerja sama dengan Indonesia dengan basis produksi baja di Morowali, Sulawesi Tengah. Perusahaan itu memproduksi komponen yang digunakan untuk industri pertahanan hingga energi.

"Mereka menegaskan kembali bahwa komitmen kerja sama yang dibangun tetap akan dipertahankan dan mereka mohon dukungan ekspor tersebut agar bisa produksi secara masif," tuturnya.

Jerry mengatakan peningkatan ekspor baja juga menjadi salah satu bahasan utama dalam pertemuannya dengan Departemen Perdagangan AS dalam rangkaian kunjungan kerjanya itu.

"Diharapkan ada (peningkatan ekspor). Itu memang jadi pokok materi pembicaraan kami waktu kami bertemu dengan US Department of Commerce. Kami minta terus ditingkatkan. Terkait isu kuota ekspor, volumenya kami minta itu dipertahankan dan tidak dibatasi," katanya.

Menurut Jerry, industri baja telah menciptakan lapangan kerja tidak hanya di Indonesia, tapi juga di AS. Selain menghidupkan sektor lokal serta menyerap tenaga kerja, industri tersebut juga berkontribusi besar terhadap kinerja ekspor Tanah Air.

"Mereka juga menyambut karena mereka butuh, pasalnya baja yang kita kirim berkualitas dan bahkan dipuji Department of Defense untuk jadi bahan material yang sangat bagus untuk logistik dan alat karena bisa improve national security mereka," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kemendag Kasan Muhri menjelaskan ATI Metals mengimpor 300 ribu ton slap baja per tahun dari Morowali dengan nilai 600 juta dolar AS.

Karena volumenya yang besar, ATI Metals berharap pemerintah Indonesia bisa melobi Departemen Perdagangan AS untuk bisa menghapuskan tarif bea masuk 25 persen bagi produk baja asal Indonesia.

Perusahaan itu berkilah pemerintah Indonesia akan mendapat untung dengan dihapuskannya tarif bea masuk produk baja karena akan mendorong kinerja ekspor.

Di sisi lain, penghapusan tarif bea masuk juga menguntungkan bagi perusahaan tersebut karena bisa menekan biaya produksi.

"Waktu pertemuan disampaikan bahwa mereka sangat berharap, juga didukung oleh kita, agar ada keuntungan di kedua pihak, baik pengusaha di AS maupun produsen di Indonesia," kata Kasan.

Kasan menjelaskan, dari pertemuan tersebut ada dua opsi yang ditawarkan perusahaan agar bisa mendapatkan penghapusan bea masuk baja ke AS. Opsi pertama, yakni kuota 300 ribu ton seperti halnya diterapkan AS untuk Korea dan Brasil.

"Atau opsi kedua mereka minta ada pengecualian produk agar tidak dikenakan tarif 25 persen khusus bagi 150 ribu ton slap baja," katanya.

Menurut Kasan, pemerintah tentu mendorong opsi pertama yaitu kuota ekspor 300 ribu ton bisa disetujui Pemerintah AS. Pertimbangannya karena volume ekspor yang lebih besar

"Karena ATI Metals di AS dan produsen di Indonesia ini membantu hal-hal yang disampaikan termasuk national security AS. Keduanya beri nilai tambah," katanya.

Baca juga: Soal GSP, Wamendag Jerry Sambuaga: Kami minta dalam waktu dekat
Baca juga: Luhut minta keringanan bea masuk produk baja Indonesia ke China
Baca juga: Krakatau Steel ekspor baja hingga 60.000 ton ke Australia

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019