Jakarta (ANTARA) - Seniman Arie F Batubara yang aktif berkegiatan di Taman Ismail Marzuki (TIM) mengatakan para seniman menolak adanya pembangunan hotel dalam revitalisasi kawasan pusat kesenian Jakarta yang akan dikelola oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro).

"Kami bukannya menolak revitalisasi TIM, yang kami tolak pembangunan hotelnya. Itu kan tidak sesuai dengan citra TIM sebagai art center," kata Arie saat dihubungi oleh wartawan, Senin.

Menurut Arie, dengan adanya hotel yang direncanakan oleh Jakpro maka lambat laun akan mengubah fungsi TIM sebagai kawasan untuk mengekspresikan seni menjadi kawasan komersil yang digunakan untuk meraup keuntungan.

Lebih lanjut, dalam desain yang dimenangkan oleh arsitek Andra Matin pada 2007 tidak terdapat gagasan untuk membangun hotel dalam revitalisasi TIM sebagai pusat kesenian di Ibu Kota.

"Pada lomba desain untuk revitalisasi TIM tahun 2007 yang dimenangkan Andra Matin, dalam masterplan revitalisasi TIM tidak ada yang namanya pembangunan hotel," kata Arie.

Baca juga: Setelah XXI ditutup, akan dibangun bioskop baru di TIM

Baca juga: Jakpro fokus tingkatkan interior-eksterior fase kedua revitalisasi TIM

Baca juga: Bioskop XXI TIM berhenti beroperasi besok


Arie juga mengatakan pihaknya sering berdiskusi dengan Jakpro dan menanyakan apakah ada jaminan jika fasilitas hotel yang dibangun nantinya dapat menguntungkan para seniman.

Namun Jakpro tidak dapat menjanjikan hal tersebut kepada para seniman yang diajak berdiskusi itu.

Untuk diketahui sebelumnya, pada Sabtu (9/11) dalam sebuah diskusi bertajuk "PKJ-TIM mau Dibawa Kemana?", terjadi adu mulut yang panas antara seniman- seniman yang aktif di TIM dengan Deputi Gubernur Bidang Budaya dan Pariwisata DKI Jakarta yang videonya beredar di media sosial facebook.

Dalam video tersebut, Deputi Gubernur yang bernama Dadang Solihin terlihat mengeluarkan nada tinggi untuk menghentikan para seniman yang menolak pembangunan hotel yang dikerjakan Jakpro dalam revitalisasi TIM.

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019