Jakarta (ANTARA) - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membuka opsi adanya pemasok bahan bakar avtur selain Pertamina agar menyediakan harga yang lebih kompetitif.

“Kita enggak menutup hal itu. Kita akan berikan opsi selain Pertamina, tentunya kita harapkan pemasok lokal,” kata Menhub usai rapat kerja dengan Komisi V DPR di Jakarta, Senin.

Dengan adanya kompetitor lain, Budi berharap harga avtur semakin bersaing dan mengantisipasi terjadinya praktik monopoli.

Baca juga: Harga avtur mahal wings air hentikan penerbangan Manado-Naha

“Sambil menunggu ‘rebalancing’ (penyeimbangan harga), kami memberikan kesempatan ke operator lainnya. Kita meminta keputusan menteri BUMN, sehingga nanti juga tidak terjadi monopoli,” katanya.

Pasalnya, dia menyebutkan, harga avtur di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, lebih tinggi 25 persen dari harga avtur di Singapura.

Untuk itu, Budi pun akan melakukan penyeimbangan harga (rebalancing) agar harga avtur di sejumlah titik tidak jauh berbeda.

Selain itu, Menhub akan menentukan sejumlah titik yang menjadi patokan harga avtur, di antaranya Bali, Kupang, Makassar, Jayapura, Palembang, Ambon dan lainnya.

“Agar harganya tidak tinggi, sehingga pesawat-pesawa itu bisa menggunakan avtur-avtur yang ada di titik-titik itu,” katanya.

Baca juga: Pasokan avtur ke Bandara Kertajati 70 kiloliter per hari

Budi mengatakan upaya tersebut juga sebaga bagian dari memperlancar arus angkutan Natal dan Tahun baru 2020 yang didominasi oleh angkutan udara.

Dalam kesempatan sama, Direktur Pemasaran Korporat Pertamina Basuki Trikora Putra menyebutkan dalam aturan BPH Migas diperbolehkan adanya operator lain selain Pertamina.

“Secara regulasi, sudah terbuka sesuai aturan BPH Migas, memberikan kesempatan kepada siapapun yang bisa memenuhi syarat memasarkan avtur di Indonesia, tapi saat ini Pertamina masih satu-ratunya yang melayani ke seluruh pelanggan maskapai di Indonesia,” katanya.

Basuki menyebutkan maskapai yang paling banyak menggunakan avtur dari Pertamina adalah Garuda Indonesia sebesar 31 persen, Lion Air 24 persen, Citilink sembilan persen dan Sriwijaya delapan persen, sisanya maskapai lain.

Sementara itu, lanjut dia untuk maskapai asing paling besar Qatar Airways sebesar 12 persen.

“Kepada pelanggan maskapai domestik kami sangat mendukung dalam bangun bisnis transportasi yang lebih baik dan terjangkau. Sehingga, enggak ingin pertamina sendiri, customer itu menjadi ujung tombak bisnis bangun bersama dalam konteks komersial badan usaha,” katanya.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019