Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Jakarta Propertindo Dwi Wahyu Darwoto mengatakan pusat kesenian Taman Ismail Marzuki akan menjadi tempat ikonik yang akan menjadi tempat 'instagramable' setelah proses revitalisasi selesai dilakukan.

"Kalau ada yang bilang TIM akan hilang, itu kurang tepat. TIM akan menjadi ikon, ini akan menjadi sangat instagramable kedua setelah Velodrome," kata Dwi saat ditemui di kantornya di Thamrin City, Senin.

Lebih lanjut Dwi mengatakan selain mengedepankan konsep ramah lingkungan, Jakpro juga tidak akan menghilangkan area- area yang saat ini sudah ada atau kawasan eksisting.

"Bahkan toko buku Pak Yos tidak akan kita gusur, kita moderenisasikan. Kita sudah ketemu beliau, beliau sangat senang sekali," kata Dwi.

Meski nantinya akan menjadi tempat yang ikonik dan modern, Dwi mengatakan pihaknya akan berkolaborasi dengan para seniman sehingga biaya yang dikeluarkan dapat disesuaikan.

"Pasti banyak yang mikir, tarifnya untuk pentas akan jadi lebih mahal. Saya tahu makannya itulah yang harus didiskusikan. Ini adalah bentuk nyata memberdayakan kesenian," kata Dwi.

Pembangunan revitalisasi TIM yang dikerjakan oleh Jakpro dan masuk ke dalam kegiatan strategis daerah DKI diketahui menggunakan anggaran sebesar Rp 1,8 triliun.

Baca juga: Jakpro katakan akan bangun fasilitas TIM yang pernah hilang

Baca juga: Seniman TIM tolak pembangunan hotel dalam revitalisasi kawasan

Baca juga: Setelah XXI ditutup, akan dibangun bioskop baru di TIM


Oleh karena itu, Jakpro menghadirkan hotel berbintang lima yang nantinya dinamakan Wisma TIM yang menurut Dwi dapat menjadi pondasi bagi pemasukan tetap dalam mengembalikan modal APBD yang digunakan untuk revitalisasi.

Ruang Terbuka Hijau dalam revitalisasi TIM ini juga diperbanyak dari 11 persen menjadi 27,2 persen dan direncanakan dapat menghubungkan secara langsung antara pusat kesenian itu dengan akses Jalan Cikini Raya.

Diketahui para seniman TIM menolak adanya pembangunan hotel dalam revitalisasi kawasan pusat kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki yang akan dikelola oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro).

"Kami bukannya menolak revitalisasi TIM, yang kami tolak pembangunan hotelnya. Itu kan tidak sesuai dengan citra TIM sebagai art center," kata salah satu seniman TIM Arie F Batubara saat dihubungi.

Para seniman TIM menilai dengan adanya hotel yang direncanakan berbintang lima itu maka lambat laun orientasi kawasan budaya akan tergerus menjadi kawasan komersial.

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019