Peningkatan total kursi strategi pertama gunakan pesawat berbadan lebar itu lebih efektif dibanding penerbangan tambahan...
Jakarta (ANTARA) - Maskapai Garuda Indonesia menyiapkan sebanyak 2.495 kursi tambahan saat masa angkutan Natal dan Tahun Baru 2020.

Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham Kurniansyah saat diskusi “Ngopi BUMN” yang bertajuk Persiapan Operasional Garuda Indonesia menjelang Natal dan Tahun Baru di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa, mengatakan kursi tambahan itu menambah 967.771 kursi reguler yang ada.

“Kapasitas Natal dan Tahun Baru saat ini baru terisi 57 persen,” kata Pikri.

Pikri menyebutkan jumlah penumpang pada Natal dan Tahun Baru 2020 ini meningkat sekitar 2-3  persen dari tahun lalu.

Dia mengatakan untuk masa angkutan Natal dan Tahun Baru 2020 ini pihaknya tidak mengandalkan penerbangan tambahan, tetapi mengganti armada dari pesawat berbadan sedang (narrow body) ke pesawat berbadan besar (wide body) sekelas Boeing 777 dan Airbus 737.

Langkah itu dinilai sebagai upaya efisiensi, ketimbang menurunkan pesawat lain untuk penerbangan tambahan di mana biaya operasional bisa membengkak dua kali lipat.

“Peningkatan total kursi strategi pertama gunakan pesawat berbadan lebar itu lebih efektif dibanding penerbangan tambahan, misalnya Boeing 737 itu 162 kursi dikali dua untuk extra flight cuma 324, kalau wide body lebih banyak kursinya 360,” katanya.

Selain itu, lanjut dia, dengan tidak menambah pesawat, maka dapat memberikan ruang bagi operator bandara, sehingga bandara tidak padat untuk pendaratan (landing) dan tinggal landas (take off).

“Keuntungannya bandara tak padat utk take off/landing, sehingga kepadatan terjaga. Kami berpikir peak season kalau extra flight bandara agak berat mengaturnya. Apalagi penambahan di jam-jam sibuk jadi bisa sebabkan delay. Jadi yang benar kita lebih besar saja pesawatnya saja, jadi kepadatan bandara terjaga,” katanya.

Namun, Pikri menuturkan untuk bandara-bandara yang tidak bisa didarati pesawat berbadan besar, tetap akan dioperasikan penerbangan tambahan, seperti untuk Bandara Komodo Labuan Bajo dan Bandara Silangit.

“Pertama kita turunkan Boeing 777 dan Airbus 303 ke Denpasar, Surabaya, Medan dan Manado. Kalau dilihat Denpasar-Jakarta-Denpasar bisa pakai 777 atau airbus. Surabaya-Denpasar-Surabaya menarik penerbangan cuma 30 menit, tapi tetap perlu berbadan besar. Yogyakarta kita terbangkan lewat Yogyakarta Internasional Airport (YIA), terbang setiap Jumat-Minggu. Nanti kita tambah wide body ke YIA. Kupang enggak bisa wide body, perlu narrow body. Labuan Bajo juga belum bisa berbadan besar jadi kita tambah extra flight,” katanya.

Untuk Libur Natal dan Tahun Baru ini, dia menyebutkan Labuan Bajo merupakan salah satu rute terpadat, selain Denpasar dan Manado. Sementara untuk internasional rute-rute yang sudah penuh, di antaranya Jepang, Korea, dan Singapura.

“Biasanya Hong Kong, tapi sekarang lagi enggak kondisif, beralih ke Jepang dan Korea itu sudah penuh,” katanya.

Dari sisi penerbangan kargo, lanjut dia, penggunaan pesawat berbadan besar juga mendukung dengan daya angkut maksimal bisa mencapai 20 ton kargo, sementara pesawat berbadan sedang hanya empat ton kargo.

“Kalau extra flight baru tambah empat ton juga kan. Jadi, ini lebih efisien,” katanya.

Untuk kargo, Pikri mengatakan ada menaikan sebesar 25 persen dibandingkan penerbangan pada hari-hari biasa.

Dia mengatakan kendala penerbangan saat Natal dan Tahun Baru adalah operasional di bandara tujuan, paling banyak di Timur, terbatas.Pihaknya harus lebih awal menerbangkan pesawat.

“Di daerah Timur waktu operasional bandara terbatas karena dua jam lebih dahulu, apalagi kalau ada keterlambatan penerbangan,” katanya.

Untuk itu Garuda akan mengoperasikan sebanyak total 139 pesawat selama masa Nagkutan Natal dan Tahun Baru dari 20 Desember 2019 hingga 6 Januari 2020.

Baca juga: Pengamat: Susi Pudjiastuti lebih cocok di BUMN penerbangan

Baca juga: Garuda tanggapi kabar Jonan calon komisaris


Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019