kita memang impor gandum, tapi kita ekspor kembali. Gandum masuk, tapi kita ekspor lagi menjadi terigu, menjadi pellet, hingga mi instan
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo kembali melepas ekspor komoditas pertanian, yakni 7.700 ton pakan ternak atau pellet senilai Rp132 miliar ke Filipina.

Pelepasan ekspor komoditas olahan gandum tersebut melalui Dermaga 1, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Divisi Bogasari, Jakarta Utara. Mentan mengapresiasi Indonesia yang dapat mengekspor kembali produk olahan gandum, meskipun bahan baku masih dipenuhi dari impor.

"Kalau kita bicara sebenarnya, kita memang impor gandum, tapi kita ekspor kembali. Gandum masuk, tapi kita ekspor lagi menjadi terigu, menjadi pellet, hingga mi instan. Bagus itu," kata Menteri Syahrul di Jakarta, Rabu.

Acara pelepasan ekspor tersebut dihadiri Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil, Dirjen Tanaman Pangan Suwandi, Kepala Badan Litbang Pertanian Fadjry Djufry, Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi, Direktur Indofood Fransiscus Welirang dan Walikota Jakarta Utara, Sigit Wijatmoko.

Baca juga: Menteri Pertanian harapkan petani bisa lebih dekat dengan KUR

Mentan Syahrul menegaskan ekspor yang dilakukan ini merupakan salah satu bukti bahwa tidak semua gandum itu menjadi sesuatu yang kebutuhannya hanya untuk impor.

Faktanya, hari ini PT Indofood melakukan re-ekspor dan sudah dibuktikan dengan 50 kapal nilainya Rp1 triliun lebih dan yang diekspor kali ini merupakan kapal yang ke 50 sebanyak 7.700 ton.

Namun demikian, ia menekankan ke depan pihaknya harus menyiapkan kemampuan untuk memproduksi pangan sendiri atau mandiri secara bertahap. Dengan demikian, Indonesia semakin memperkuat ekspor sehingga tidak banyak membicarakan impor saja, tetapi justru ekspor.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Indofood yang juga Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Fransiscus Welirang, selaku eksportir mengatakan ekspor wheat bran pellet oleh Bogasari ke Filipina sampai November 2019 sudah mencapai 58 ribu ton atau senilai hampir Rp158 miliar.

Belum lagi ekspor Wheat Bran Pellet ke negara lain seperti Jepang, Vietnam, Korea, Thailand, Cina, dan negara Asia Timur lainnya. Sampai November 2019, total ekspor produk pakan ternak oleh Bogasari diperkirakan mencapai 273.000 ton atau senilai hampir Rp726 miliar.

Baca juga: Kementerian Pertanian dorong ekspor buah Indonesia

Franky Welirang memaparkan berdasarkan data Aptindo, nilai ekspor yang paling besar berasal dari aneka produk turunan berbahan dasar tepung terigu seperti pasta, biskuit, mi instan, cake, wafer, pastry dan lain-lain.

Negara tujuan ekspor tersebut antara lain Singapura, Myanmar, Filipina, Jepang, Arab Saudi, Thailand, dan China. Kontribusi ekspor paling besar bersumber dari aneka produk turunan berbasis tepung terigu.

"Berdasarkan data Aptindo, sampai September 2019 atau year to date (YTD), nilai ekspor seluruh produk turunan berbasis tepung terigu secara nasional senilai Rp7,8 triliun," kata Franky.

Baca juga: Ini sebab Mentan jadikan Kabupaten Pasuruan percontohan produksi sapi

Produk turunan yang diekspor tersebut dihasilkan oleh berbagai perusahaan industri berbasis tepung terigu. Dari data tersebut, kontribusi ekspor terbesar kedua adalah "by product" atau dedak gandum, yang sampai September 2019 ini sudah mencapai 267.848 ton dengan nilai nominal 50.810 miliar dolar AS atau setara sekitar Rp 711 miliar.

Produk akhir dari dedak gandum ini antara lain berupa pellet, pollar, dan bran, yang merupakan pakan ternak. Sedangkan volume ekspor tepung terigu nasional senilai Rp207 miliar.

"Dari total volume ekspor secara nasional tersebut, Bogasari berkontribusi sebesar 230.162 ton atau senilai Rp763,6 milliar. Produk Bogasari yang diekspor tersebut adalah tepung terigu, pasta dan by product," kata Franky.

Baca juga: Hari Pangan Sedunia, Mentan ajak seluruh pihak majukan pertanian
 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019