Ambon (ANTARA) - Dua anak penderita gizi buruk yang dirawat di RSUD Bula di Ibu kota Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku telah dizinkan pulang ke rumah oleh tim medis setempat.

Kadis Kesehatan Maluku, Meykal Ponto di Ambon, Rabu mengatakan berdasarkan pengecekan petugas RSUD Bula, Ririn Febriyanti Arey (11) dan Maulana Daeng Praty (sembilan bulan) warga Desa Bula, Kecamatan Bula, Kabupaten SBT yang dirawat sejak 16 November 2019, telah dipulangkan ke rumah.

Kedua penderita gizi buruk ini sebelum dirawat di RSUD Bula telah ditangani tenaga medis di Puskesmas Desa Bula dan setelah menjalani perawatan dengan diberikan asupan gizi.

Meykal mengakui, satu penderita gizi buruk di RSUD Bula yakni Muhammad Tamsil (7) warga Kecamatan Bula Barat, Kabupaten SBT meninggal dunia pada Minggu (17/11) pukul 00.05 WIT.
Baca juga: Tiga warga SBT meninggal akibat diare dan gizi buruk

Korban meninggal lantaran menderita gizi buruk yang cukup parah. Anak dari Abdul Patiekon dan Nuryati Patiekon ini, meninggal setelah mengalami perawatan intensif selama sehari penuh di RSUD Bula.

Dia mengemukakan, penderita gizi buruk sebenarnya penyebab bukan hanya karena asupan makanan harus bergizi, tetapi banyak faktor.

"Jadi para ibu hendaknya memperhatikan asupan gizi para anak, kebersihan lingkungan dan lainnya sehingga tidak mudah terserang penyakit tersebut," kata Meykal.

Sebelumnya, anggota DPRD Maluku asal daerah pemilihan (Dapil) Kabupaten SBT, M. Fauzan Husni mengemukakan, sedikitnya tiga orang warga di daerah itu meninggal dunia dan hampir seratusan orang lainnya dalam kondisi sakit akibat terserang wabah diare dan gizi buruk.
Baca juga: Riset temukan peningkatan gizi buruk pada anak akibat konsumsi krimer

"Sesuai laporan yang saya terima dari Puskesmas Pembantu Desa Kilmuri, ada satu korban lagi yang meninggal dunia sehingga jumlah warga yang meninggal dunia sudah mencapai tiga orang sejak terserang wabah tersebut pekan lalu," katanya.

Awalnya yang muncul adalah wabah diare atau muntaber tetapi setelah melalui pemeriksaan intensif, dokter menyatakan ada balita yang juga terserang penyakit gizi buruk di seputaran Bula serta Kecamatan Kiandarat.

Menurut dia, para tenaga kesehatan di Kiandarat juga mengakui saat ini sudah kewalahan menangani para korban sehingga melalui wakil rakyatnya di DPRD Provinsi Maluku untuk menyuarakan persoalan ini ke pemprov Maluku.

"Saya kira seharusnya pemerintah memberikan atensi kasus ini menjadi sebuah kejadian luar biasa dan perlu ada perhatian serius Pemprov Maluku maupun Pemkab SBT," tandas Fauzan.
Baca juga: Dinkes: Angka gizi buruk di Kalbar masih tinggi

Sementara Wagub Maluku, Barnabas Orno mengatakan kalau sudah ada koordinasi seperti itu maka harus diketahui juga tingkat penanganan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten SBT sejauh mana sehingga dibutuhkan bantuan penanganan dari Dinkes provinsi.

"Saya juga mantan bupati dan kalau ada kejadian seperti ini, harusnya kabupaten turun tangan terlebih dahulu sehingga tidak tumpang tindih. Namun, SBT juga bagian dari Provinsi Maluku maka tentunya menjadi tanggung jawab pemprov ," kata Wagub.

Wagub langsung memerintahkan Kadis Kesehatan Provinsi Maluku untuk segera berkoordinasi dengan Kadinkes Kabupaten SBT tentang penanganan di kabupaten seperti apa dan harus turun tangan membantu penanganan pasien di sana.
Baca juga: Pemkab Belu segera tangani 3.900 anak terkena gizi buruk

Sinergi kolaboratif penanganan gizi buruk Asmat

Pewarta: Alex Sariwating
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019