Jakarta (ANTARA) - PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk akan meningkatkan secara drastis porsi penghimpunan dana murah dan mulai mengurangi instrumen berbiaya mahal seperti obligasi ataupun pinjaman bilateral pada 2020 untuk mengurangi tekanan biaya dana (cost of fund).

"Satu tahun ke depan akan mengurangi eksposur di obligasi, pinjaman bilateral dan menggantikannya dengan simpanan," kata Direktur Finansial, Perencanaan, & Treasuri BTN Nixon L. P. Napitupulu usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta, Rabu.

Nixon mengatakan "pekerjaan rumah" saat ini bagi perseroan adalah melonggarkan biaya dana yang tinggi di tengah masih ketatnya likuiditas perbankan.

Baca juga: Pahala jadi Dirut BTN, Chandra Hamzah komisarisnya

Maka itu, bank spesialis kredit perumahan itu akan memperbesar porsi tabungan simpanan khususnya dari nasabah ritel, bukan institusi. Untuk mengejar pergerseran strategi pendanaan itu, BTN dalam RUPSLB ini sengaja merekrut Jasmin, bankir dari Bank Mandiri sebagai Direktur Distribusi & Pendanaan Ritel.

Keduanya dikenal berpengalaman dalam meningkatkan pendanaan bisnis. Bank plat merah ini ingin menekan biaya dana ke bawah enam persen hingga 5,5 persen pada 2020.

"Jasmin paham soal tabungan bisnis, perdagangan di Tanah Abang itu dia jago. Sehingga harapannya peningkatan tabungan jadi kenyataan," ujar dia.

Selain mendongkrak pendanaan, BTN juga akan meningkatkan digitalisasi perbankan. Maka itu, perseroan membentuk dua pos direksi baru yakni Direktur Operasional, IT & Digital yang dijabat oleh Andi Nirwoto dan Direktur Enterprise, Risk Management, Big Data & Analytics Setiyo Wibowo.

Baca juga: Konsolidasi internal, BTN bidik pertumbuhan kredit 6-8 persen 2020

Pengembangan digitalisasi perbankan ini juga untuk mendukung penghimpunan dana murah melalui penerbitan produk-produk tabungan.

Dengan strategi tersebut, BTN membidik laba bersih sebesar Rp3 triliun pada 2020. Sedangkan kualitas aset membaik dengan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) turun ke bawah 3,0 persen.

Hingga kuartal III 2019, BTN memperoleh laba bersih Rp801 miliar pada kuartal III 2019. Perolehan laba itu menurun dibanding kuartal III 2018 yang sebesar Rp2,23 triliun.

Penurunan laba itu diklaim karena perseroan meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar 21,34 persen untuk persiapan mengikuti aturan baru Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 pada 2020.

 

 

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019