dengan melebarkan defisit anggaran sebesar 0,4 persen, kredibilitas pemerintah masih terjaga dengan baik di mata pelaku pasar.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, pelebaran defisit anggaran secara perlahan dari 1,8 persen ke 2,2 persen dari produk domestik bruto (PDB) dilakukan agar pemerintah tidak terpojok oleh pasar.

"Mengapa tidak langsung 3 persen? Market paham batas defisit anggaran kita 3 persen, jika semakin dekat angka defisit ke 3 persen, semakin terpojoklah pemerintah. Kami tidak mau terpojok," ujar Suahasil dalam acara Mandiri Sekuritas Macro Day 2019 di Jakarta, Kamis.

Mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) itu meyakini dengan melebarkan defisit anggaran sebesar 0,4 persen, kredibilitas pemerintah masih terjaga dengan baik di mata pelaku pasar.

"Defisit anggaran 2,2 persen masih sangat jauh dari batas 3 persen. Tapi jika kami mulai melebarkan defisit dari 2,2 persen ke 2,7 persen, kami akan terpojok," kata Suahasil.

Baca juga: Wamenkeu sebut utang negara masih terkendali

Pelebaran defisit anggaran, lanjutnya, merupakan keputusan yang harus diambil pemerintah mengingat potensi tidak tercapainya penerimaan negara (shortfall) namun harus tetap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Untuk tahun depan di mana defisit anggaran dalam RAPBN 2020 ditargetkan 1,76 persen dari PDB, pemerintah siap kembali melebarkan defisit anggaran jika diperlukan.

"Jika diperlukan, pemerintah akan melakukan pelebaran untuk defisit anggaran tahun depan," ujar Suahasil.

Defisit APBN per Oktober 2019  mencapai Rp289,1 triliun atau 1,8 persen dari PDB, lebih tinggi 25,8 persen jika dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 229,7 triliun atau 1,56 persen dari PDB.
Baca juga: Wamenkeu: Pemerintah berpotensi lebarkan defisit APBN 2020

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019