Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mendorong agar penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk pembuatan dan pengembangan kereta Lintas Rel Terpadu (LRT) Jabodebek mencapai 100 persen melalui penguasaan teknologi dalam mendukung kemandirian teknologi untuk kemajuan industri perkeretaapian Indonesia.

Menristek Bambang di Stasiun LRT Cibubur, Kamis, mengatakan optimistis industri perkeretaapian Indonesia dapat mandiri melalui penguasaan teknologi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam negeri. Namun, memang membutuhkan waktu untuk menguasai dan mengembang manufaktur untuk menunjang perkeretaapian Indonesia, dan Indonesia terus bergerak menuju kemandirian teknologi perkeretaapian.

LRT Jabodebek ditargetkan beroperasi penuh pada Juni 2021.

"Khususnya lokomotifnya, motor listriknya dan rem-nya yang masih harus impor, sisanya dibuat sendiri. Artinya, kita terus memperbaiki untuk meningkatkan lokal konten," kata Menristek Bambang dalam peninjauan uji coba LRT Jabodebek dari Stasiun Cibubur ke Stasiun Ciracas di Stasiun LRT Cibubur di Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat.

Menristek Bambang menuturkan para teknisi dan karyawan PT INKA saat ini sedang meningkatkan kemampuan teknologi mereka, demikian juga Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk penguasaan teknologi kereta cepat.

"Jadi nanti kalau kereta cepat juga beroperasi kita harapkan tidak lagi kita bergantung kepada semata-mata dari yang luar negeri tapi kita sudah harus mulai menguasai teknologinya itu sendiri dan juga sampai kepada manufaktur," ujarnya.

Baca juga: Menteri Riset dan Teknologi tinjau LRT Jabodebek

Baca juga: LRT berlakukan tarif komersial Rp5.000 mulai Desember

Baca juga: Menhub tinjau berkala LRT Sumsel pastikan layanan membaik


Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dari kereta LRT Jabodebek saat ini masih 42 persen dikarenakan komponen utama kereta yaitu sistem propulsi, train control and management system (TCMS) dan sistem pengereman masih impor.

"Gerbongnya dibuat oleh PT INKA sedangkan rel-nya oleh PT Adhi Karya. Bahwa masih ada teknologi yang dibeli dari luar negeri itu wajar. Kita sedang dalam proses penguasaan teknologi agar kandungan dalam negerinya meningkat," katanya.

Pengembangan teknologi dan inovasi di bidang perkeretaapian juga masuk dalam prioritas riset nasional untuk lima tahun ke depan.

Dalam mengejar kemandirian teknologi perkeretaapian, Menristek Bambang mengatakan dalam dunia yang dinamis, tidak harus mengejar 100 persen teknologi dari dasar tapi mengejar mayoritas penguasaan teknologi.

"Dan penguasaan teknologi bukan pekerjaan semalam. Butuh waktu dan kita juga harus punya infrastrukturnya. Contohnya, laboratorium pengujiannya harus kita bangun juga, misalkan untuk kereta cepat," tuturnya.

Ke depan, juga perlu dibangun laboratorium pengujian seperti untuk moda raya terpadu (MRT), LRT, kereta commuter, kereta antar kota, bahkan untuk kereta cepat, jika ingin mengejar penguasaan teknologi di bidang ini.

"Nantinya, kita juga harus menguasai teknologi kereta cepat, di situ pasti dibutuhkan laboratorium pengujian yang banyak, reverse engineering juga harus kita lakukan dan itu butuh waktu," ujarnya

LRT, ke depan akan dikembangkan agar bisa dioperasikan tanpa masinis seperti pada MRT.*

Baca juga: Pemangkasan waktu tempuh LRT Sumsel efektif tingkatkan okupansi

Baca juga: Presiden Jokowi apresiasi tersambungnya jembatan tersulit LRT

Baca juga: Tarif LRT Jabodebek bisa di bawah Rp12.000

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019