Jakarta (ANTARA) -
Dinas Lingkungan Hidup Jakarta merintis produksi sampah plastik dari aliran sungai di Duren Sawit, Jakarta Timur, menjadi batako yang bernilai ekonomis.
 
"Kami memanfaatkan 30 persen bahan baku batako menggunakan cacahan sampah plastik yang kita evakuasi dari aliran sungai," kata petugas Oranye UPK Badan Air Duren Sawit, Toni Anthoni, di Jakarta, Kamis siang.
 
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk produksi satu batako di antaranya pasir 900 gram, semen 200 gram, cairan penguat 1 tutup botol, cacahan sampah plastik 75 gram, sampah sterofoam satu cangkir dan air secukupnya.

Baca juga: 2.000 pramuka karnaval kostum daur ulang di Thamrin

Baca juga: Menikmati kesejahteraan dari ekonomi sampah plastik

Baca juga: Ikatan pemulung protes kebijakan larangan botol dan kantong plastik

 
Petugas Oranye UPK Badan Air Duren Sawit, Jakarta Timur memperlihatkan proses pembuatan batako hasil dengan campuran material sampah plastik di Posko Duren Sawit, Kamis (28/11/2019). (ANTARA/Andi Firdaus)
 
"Airnya jangan banyak-banyak, bisa rapih material batakonya, cukup beberapa tetes saja," katanya.
 
Campuran sampah plastik, kata dia, bisa membuat bahan baku pembuatan sampah menjadi lebih irit, namun dengan tingkat kepadatan yang lebih kuat.
 
Dikatakan Toni bahan baku batako didapat tim Oranye dari 11 titik aliran air di wilayah Duren Sawit, di antaranya Kali Buaran, Kali Jatikramat, Kali Banjir Kanal Timur dan sisanya saluran pembuangan menuju sungai.
 
"Biasanya dalam sehari kita kumpulkan sampahnya sekitar 20 karung, tapi campuran organik dan nonorganik," ujarnya.
Petugas Oranye UPK Badan Air Duren Sawit, Jakarta Timur memperlihatkan proses pembuatan batako hasil dengan campuran material sampah plastik dan starofoam di Posko Duren Sawit, Kamis (28/11/2019). (ANTARA/Andi Firdaus)
 
Kegiatan produksi sampah plastik di Posko UPK Badan Air Duren Sawit saat ini masih bersifat rintisan. Rencana pada 2020 akan diseriusi oleh otoritas terkait.
 
"2020 nanti akan ada alokasi dananya untuk produksi sampah," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019