Jakarta (ANTARA News) - Pemutaran perdana film Laskar Pelangi di Studio 21 Mall Ciputra dan E-Plaza Simpang Lima Semarang, Kamis, ditanggapi sangat antusias oleh warga Kota Semarang. "Animo masyarakat cukup tinggi, di mana sampai pemutaran ketiga dari empat kali pemutaran untuk hari ini selalu dipenuhi penonton," kata Joko S, Manajer Pemasaran Studio 21, Mall Ciputra Semarang di Semarang, Kamis. Walaupun masa pemutarannya kurang tepat mengingat liburan baru mulai minggu depan, penonton yang datang ternyata cukup banyak dari berbagai kelompok umur. "Pada pemutaran film lain untuk kategori umum sebelum masa liburan biasanya hanya dihadiri kelompok umur remaja, namun hari ini orang tua dan anak-anak juga cukup banyak," katanya. Beberapa penonton menyatakan tertarik menjadi penonton pertama film ini. "Karena Laskar Pelangi merupakan salah satu karya film yang bisa memberi masukan bagi pentingnya pendidikan bagi anak-anak," kata Harmoko Sudibyo (40), warga Barusari yang datang bersama anak-anaknya. Sementara itu sosialisasi di media juga menjadi faktor yang membuat masyarakat tertarik menonton film ini. Indra (23), seorang mahasiswa mengatakan, pertama kali mendengar film Laskar Pelangi di televisi yaitu dalam program Kick Andy, sebelumnya ia sudah mengenal cerita versi novelnya. "Saya tertarik dan ketika difilmkan sayang sekali kalau dilewatkan untuk dilihat," katanya. Film yang terinspirasi Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini diputar perdana di seluruh bioskop tanah air hari ini, Kamis (25/9). Film ini dibintangi 10 anak asli Belitung yang berperan sebagai anggota Laskar Pelangi dan aktris dan aktor Cut Mini, Ikranagara, Tora Sudiro, Slamet Raharjo, Mathias Muchus, Rieke Diah Pitaloka, Lukman Sardi, Alex Komang dan Jajang C Noer. Seluruh pengambilan gambar dalam film dengan sutradarai Riri Reza dan rumah produksi Miles Production ini dilakukan di Belitung dan menggunakan Bahasa Belitung. Cerita terjadi di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jika tidak mencapai siswa baru sejumlah sepuluh anak. Ketika itu baru sembilan anak yang menghadiri upacara pembukaan, tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu. Dari sinilah cerita mereka berawal, mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di depan guru mereka, Bu Mus. Kemudian, kejadian bodoh yang dilakukan Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah. Mereka, Laskar Pelangi--nama yang diberikan Bu Muslimah karena mereka senang dengan pelangi--sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya, pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya yang berijazah dan terkenal, serta memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar Pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, bahkan penonton bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008