Jakarta (ANTARA) - Pendiri organisasi kebijakan luar negeri Foreign Community Policy Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal mengatakan hubungan antara negara-negara besar dilanda ketegangan dan kecurigaan saat ini.

"Ada rasa tidak aman di antara kekuatan-kekuatan utama," kata Dino dalam sesi pembukaan kegiatan Conference on Indonesia Foreign Policy (CIFP) 2019, di The Kasablanka, Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Indonesia waspadai situasi global dilanda rivalitas tidak sehat

Saat ini China dan AS bersitegang dalam bidang perdagangan, begitupun dengan hubungan dagang antara Jepang maupun Korea Selatan yang memanas.

"Lebih sedikit kerja sama dan lebih banyak ketegangan. Lebih banyak perang proksi dan konflik dan regionalisme yang retak, di mana terkadang tetangga merasa canggung karena arah yang berbeda," kata Dino.

Baca juga: ASEAN diharapkan berfokus di tengah sentimen global China-AS

Kondisi tersebut juga menghasilkan persaingan baru, seperti di kawasan Pasifik Selatan, Samudra Hindia, dan lainnya.

"Perdamaian yang panas (Hot Peace) berbeda dari perang dingin terakhir. Apa yang saya maksud dengan itu? Perang nuklir jauh lebih sedikit dari ancaman, negara Barat kurang kompak dan banyak negara Barat yang menyelaraskan dengan China," kata Dino.

Baca juga: Korea Selatan batalkan pakta pertukaran info intelijen dengan Jepang

Selain itu, para pemimpin dari negara-negara berkekuatan besar bertemu lebih sering dalam diplomasi puncak karena mereka ingin memiliki pengaruh.

"Meskipun dunia dilanda ketegangan dan kecurigaan ancaman perang dunia ketiga hampir tidak ada hari ini," kata dia.

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019