Baghdad (ANTARA) - Para pengunjuk rasa membakar ban-ban dan mengepung sebuah kantor polisi di Kota Nassiriya, Irak Selatan, pada Sabtu, kata seorang saksi mata Reuters.

Aksi tersebut bertujuan menggolkan tuntutan-tuntutan mereka bagi reformasi menyeluruh kendati perdana menteri berjanji akan mundur.

Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi mengumumkan pengunduran dirinya pada Jumat (29/11), setelah seruan dari tokoh ulama Syiah di Irak agar pemerintah mundur guna mengakhiri huru-hara mematikan yang sudah berlangsung selama beberapa pekan.

Kerusuhan itu, yang telah menewaskan lebih 400 orang, sebagian besar demonstran, menambah krisis yang dihadapi Irak sejak para pemberontak ISIS menguasai wilayah-wilayah di Irak dan Suriah tahun 2014.

Para pengunjuk rasa, yang sebagian anak-anak muda, merasa tak puas atas pemerintahan yang didominasi Syiah dukungan Iran dan menuding menghamburkan kekayaan minyak Irak sementara infrastruktur dan standar hidup memburuk.

Pasukan keamanan telah menggunakan peluru tajam, gas air mata dan granat setrum terhadap pengunjuk rasa selama hampir dua bulan. Lebih 400 orang tewas dalam beberapa hari belakangan ini, khususnya di Najaf dan Nassiriya, di Irak Selatan.

Kabinet Irak menyetujui pengunduran diri Abdul Mahdi, demikian sebuah pernyataan dari kantornya pada Sabtu, tetapi parlemen masih belum menarik dukungannya bagi perdana menteri itu dalam sidang pada Ahad.

Sumber: Reuters

Baca juga: Sedikitnya 20 pemrotes tewas di Dhi Qar, Irak Selatan

Baca juga: 400 orang tewas, ulama Irak desak parlemen tinjau ulang dukungan

Penerjemah: Mohamad Anthoni
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019