Ambarawa (ANTARA) - Museum Kereta Api Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah, menyimpan beragam koleksi menarik mengenai sejarah perkeretaapian di Indonesia.

Pengunjung dapat melihat beragam koleksi lokomotif-lokomotif uap, serta berbagai benda atik yang berhubungan dengan kereta api.

Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati berbagai pilihan program kereta wisata, seperti kereta jadul bermesin diesel atau lokomotif tua yang masih menggunakan tenaga uap.

Kereta tersebut adalah kereta api bahan bakar uap buatan Jerman, yaitu lokomotif seri B 2502 dan B 2503 yang dibuat Maschinenfabrik Esslingen sekitar tahun 1902.

Di seluruh dunia sendiri ada tiga negara yang masih mengoperasikan lokomotif uap tersebut, yaitu Swis,India dan Indonesia yang berada di Museum Kereta Api Ambarawa.
Wisata kereta uap di Ambarawa. (ANTARA/Yogi Rachman)


Namun untuk merasakan sensasi naik kereta dengan lokomotif uap ini perlu merogoh kocek yang dalam karena tidak dibuka untuk umum dan hanya dapat melayani berdasarkan pesanan. Hal itu dikarenakan biaya operasional yang tidak murah dan perawatan yang mahal.

Harga sewa yang dikenakan pihak pengelola sebesar Rp15 juta untuk tiga gerbong, Rp12,5 juta untuk sewa dua gerbong, dan sewa satu gerbong Rp10 juta.

Jenis trip ini biasanya digunakan bersama keluarga besar, kantor, reuni, maupun grup lainnya.

Baca juga: Andien jajal kereta uap di Museum Ambarawa

Rute Ambarawa-Bedono

Ada beberapa pilihan rute, salah satunya dari Stasiun Ambarawa ke Stasiun Bedono dengan durasi perjalanan sekitar empat jam.

Untuk rute ini maksimal hanya dapat menggunakan dua gerbong, dengan kapasitas sama tiap gerbong 40 orang. Untuk satu kali perjalanan pulang pergi pengunjung dikenakan harga sewanya Rp 15 juta.

Di rute Stasiun Ambarawa ke Stasiun Bedono, pengunjung dapat melihat perpindahan lokomotif saat tiba di Stasiun Jambu, yang semula berada di depan kemudian berpindah ke belakang sebagai pendorong bagi rangkaian gerbong yang akan melewati jalur menanjak.

Rute yang sudah ada sejak 1905 itu merupakan favorit para wisatawan baik dari dalam negeri dan mancanegara.
Wisata kereta uap di Ambarawa. (ANTARA/Yogi Rachman)


Setelah melintas jalur tanjakan, kereta akan berhenti sejenak untuk mengisi air untuk lokomotif yang membutuhkan waktu hingga setengah jam. Rute ini menyajikan pemandangan indah dari Gunung Merbabu, Gunung Unggaran.

Sementara itu, jalur yang digunakan untuk rute ini juga mempunyai keunikan, yaitu jalur bergerigi sepanjang empat kilometer di ketinggian 479 meter dari permukaan laut (mdpl) menuju Stasiun Bedono di ketinggian 711 mdpl.

Jalur "bergerigi" ini merupakan satu dari tiga yang tersisa di dunia, dua lainnya berada di India dan Swiss.

Baca juga: 1.000 orang kunjungi Museum Ambarawa saban hari

Rute Ambarawa-Tuntang

Rute lainnya dari kereta uap wisata ini, yaitu dari Stasiun Ambarawa ke Stasiun Tuntang dengan durasi perjalanan pulang pergi kurang lebih satu jam.

Lokomotif uap akan membawa penumpang melihat berbagai pemandangan alam yang tak kalah indah, berupa persawahan dan juga perbukitan dengan latar belakang Gunung Merbabu.
Pemandangan dari kereta uap wisata Ambarawa. (ANTARA/Yogi Rachman)


Selain itu, penumpang juga dapat melihat Danau Rawa Pening yang memukau dengan puluhan tambak yang mengapung di atas air dari masyarakat setempat.

Namun jika datang di musim kemarau, air Danau Rawa Pening akan mengering dan berganti menjadi persawahan.

Pihak Museum Kereta Api Ambarawa juga menyediakan wisata reguler bagi masyarakat umum dengan menggunakan lokomotif diesel yang melayani rute Stasiun Ambarawa-Stasiun Tuntang.

Pengunjung dikenakan biaya tiket sebesar Rp50 ribu untuk dewasa dan Rp10 ribu untuk anak-anak.

Baca juga: KAI aktifkan lagi loko uap Ambarawa-Bedono

Baca juga: Kereta api uap Jaladara tidak beroperasi

Baca juga: Kereta uap kuno akan dioperasikan di Solo tahun depan

Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2019