kami tidak melihat secara parsial
Denpasar (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyatakan kesiapan menyambut wisatawan nusantara dan mancanegara yang merayakan libur Natal dan Tahun Baru di berbagai objek wisata di Tanah Air dengan kegiatan yang mengunggulkan unsur budaya dan ekonomi kreatif.

"Untuk mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan ke Indonesia, termasuk Bali, kami akan melakukan kolaborasi promosi wisata dalam segi budaya dan dari sisi ekonomi kreatif, saat libur Natal dan Tahun Baru," kata Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf, Mariaman Purba, di Denpasar, Senin.

Saat mengunjungi Kantor LKBN ANTARA Biro Bali dalam rangkaian kunjungan media, yang diterima Kepala LKBN ANTARA Biro Bali Edy M. Ya'kub bersama jajaran redaksi dan staf, ia menyatakan komitmen untuk bersinergi dengan media massa, terutama Kantor Berita ANTARA, dalam publikasi sektor pariwisata Indonesia.

"Kedatangan kami ke sini untuk mengajak ANTARA yang selama ini sudah bekerja sama dengan baik untuk meningkatkan kerja sama dalam publikasi pariwisata, apalagi Kementerian Pariwisata sekarang sudah menyatu dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf)," katanya.

Dalam penyambutan kunjungan media Tim Kemenparekraf itu, Kepala LKBN ANTARA Biro Bali Edy M. Ya'kub menjelaskan tugas utama ANTARA sejak berdiri pada 13 Desember 1937 memang melayani media massa yang kini mencapai kerja sama dengan ratusan media massa se-Indonesia.

"Tapi, sejak tahun 2007, pemerintah melalui PP Nomor 40 Tahun 2007 memberi tugas negara kepada ANTARA untuk melayani publik secara langsung, selain tetap melayani media massa, maka sejak saat itulah kami menjalin kerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah, lembaga dan kementerian terkait, serta masyarakat dan swasta," katanya.

Terkait dengan "tugas negara" itu, Edy menegaskan bahwa ANTARA berkewajiban untuk mengangkat potensi daerah/negara atau melakukan "branding" potensi daerah/negara menjadi lebih berkembang, bahkan "branding" dimaksud juga bisa berupa "counter issue".

"Tugas kami di daerah memang mengangkat potensi daerah itu, katakanlah semacam 'branding', tapi 'branding' itu bukan hanya terkait hal-hal yang positif, namun bila ada hal-hal negatif yang merugikan daerah/negara, maka kami juga melakukan 'counter issue'. Kami bertindak untuk kebaikan Bali, apakah tindakan itu terkait pemerintah, masyarakat, atau swasta, yang penting untuk Bali," katanya.

Baca juga: Wishnutama diminta tuntaskan Kepres 10 destinasi wisata

Untuk Bali, katanya, potensi yang menjadi unggulan adalah pariwisata dan budaya, bahkan pariwisata yang menjadi unggulan "Pulau Dewata" juga terkait erat dengan budaya.

"Kalau sekadar wisata, seperti pantai itu mungkin ada yang lebih bagus daripada Bali, tapi Bali punya kekhasan dalam tradisi atau budaya," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya juga berkepentingan untuk "membela" Bali saat Gunung Agung di Karangasem mengalami erupsi pada awal 2017, karena pemberitaan yang ada saat itu memberi dampak yang kurang baik terhadap sektor pariwisata yang merosot hingga titik terendah.

"Dalam kondisi itu, kami tidak melihat secara parsial untuk kepentingan pemerintah, masyarakat, atau swasta, melainkan kami melihat kepentingan Bali, maka kami mengerahkan seluruh sumber daya yang ada untuk menunjukkan kejadian yang sebenarnya, seperti jarak ke Karangasem, radius erupsi yang berbahaya, dan dampak ke bandara, pemerintah, dan sebagainya. Kami bersyukur upaya kami akhirnya diikuti teman-teman media, sehingga kondisi membaik," katanya.

Oleh karena itu, Edy menyambut baik kunjungan media Kemenparekraf. Pihaknya siap bersinergi untuk meningkatkan pariwisata dan budaya Bali ke depan menjadi lebih berkualitas.

"Itu sejalan dengan kebijakan Presiden Jokowi untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor utama Indonesia, apalagi Pulau Bali bagi kami adalah semacam 'kantor berita' Indonesia untuk dunia," katanya.

Baca juga: Lima kegiatan seru saat kunjungi GWK Bali
Baca juga: Hotel di Berastagi siapkan promosi pergantian tahun
Baca juga: "Volcano Tour" Merapi dibanjiri wisatawan

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf/Pande Yudha
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019