Chicago (ANTARA) - Harga emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange lebih rendah pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena investor mencerna data ekonomi terbaru dari China dan Amerika Serikat (AS).

Indeks pembelian manajer atau PMI China mengalahkan ekspektasi untuk memasuki kembali wilayah ekspansi karena ekonomi menunjukkan lebih banyak tanda ketahanan dan stabilitas.

PMI untuk sektor manufaktur China menguat hingga 50,2 pada November dari 49,3 pada Oktober, Biro Statistik Nasional mengatakan pada Sabtu (30/11/2019).

Data positif dari ekonomi terbesar kedua di dunia itu mengurangi minat terhadap aset safe haven emas, kata pengamat pasar.

Sementara itu, aktivitas manufaktur Amerika Serikat terus menurun pada November di tengah persediaan dan data pesanan baru yang lemah, menurut laporan terbaru lembaga riset Institute for Supply Management (ISM) yang dirilis pada Senin (2/12/2019).

Indeks manufaktur Amerika Serikat merosot ke 48,1 persen pada November, atau 0,2 poin persentase lebih rendah dari pembacaan Oktober.

Akibatnya, harga emas berakhir di posisi terendah sesi. Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Februari turun 3,50 dolar AS atau 0,24 persen menjadi ditutup pada 1.469,20 dolar AS per ounce.

Adapun harga logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 14 sen atau 0,82 persen, menjadi ditutup pada 16,966 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun 70 sen atau 0,08 persen, menjadi 899,70 dolar AS per ounce.

Meski demikian, penurunan harga emas lebih dalam tertahan oleh pelemahan dolar AS. Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,42 persen menjadi 97,8602 pada akhir perdagangan.

Emas berjangka menetap dua digit lebih tinggi pada perdagangan Jumat (29/11/2019) karena indeks acuan saham Wall Street turun dan dolar AS melemah, dengan kontrak emas untuk pengiriman Februari naik 11,90 dolar AS atau 0,81 persen, menjadi ditutup pada 1.472,70 dolar AS per ounce.

Baca juga: Dolar jatuh, terseret data ekonomi AS yang suram

Baca juga: Bursa saham Inggris merosot, Indeks FTSE-100 ditutup turun 0,82 persen

Baca juga: Bursa saham Jerman anjlok, Indeks DAX-30 ditutup turun 2,05 persen

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019