Jumlah tangkapan tahun ini mengalami penurunan hingga 45 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 25.445 ton. Ini disebabkan paceklik dan faktor cuaca ekstrem
Cianjur (ANTARA) - Dinas Kelautan Perikanan dan Perternakan (Dislutkanak) Cianjur, Jawa Barat, mencatat hasil tangkapan nelayan di pantai selatan Cianjur, sepanjang tahun ini mencapai 14.484 ton, lebih rendah 45 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 25.445 ton akibat paceklik ikan dan cuaca ekstrem.

"Jumlah tangkapan tahun ini mengalami penurunan hingga 45 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 25.445 ton. Ini disebabkan paceklik dan faktor cuaca ekstrem," kata Kasi Produksi perikanan tangkap, Dislutkanak Cianjur, Ade Durahman di Cianjur Selasa.

Ade menjelaskan, setiap tiga bulan sekali, pihaknya melakukan pendataan hasil tangkapan nelayan di Tempat Pelelangan Ikan di pantai selatan seperti di Kecamatan Cidaun, Sindnagbarang dan Agrabinta,

Ia menjelaskan, hasil tangkapan ikan nelayan selatan yang terdiri dari Pantai Jayanti, Sereg, Apra dan Lugina, pada triwulan pertama mencapai 3.412 ton, kedua sebanyak 7.235 ton dan di triwulan ketiga sebanyak 3.837 ton.

Sepanjang 2019, ungkap dia, nelayan di pantai selatan menghadapi dua kali paceklik ikan yang disertai cuaca ekstrem, sehingga hasil tangkapan nelayan menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Saat musim paceklik dan cuaca ekstrem sebagian besar nelayan di pantai selatan Cianjur, ungkap dia, berhenti melaut dan beralih profesi sebagai buruh tani dan serabutan.

Hanya sebagian kecil yang tetap melaut meskipun hanya di pinggir pantai mengunakan jaring yang dibentangkan. Namun hasil tangkapan tidak maksimal hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

Sehingga pihaknya memberikan pembinaan dan pelatihan bagi nelayan, agar mereka tetap memiliki penghasilan ketika tidak melaut, termasuk memberikan program Kartu Nelayan untuk ribuan nelayan di wilayah tersebut.

Sementara sejumlah nelayan di pantai selatan Cianjur, kerap mengeluh terpaksa menganggur karena tidak memiliki keahlian lain selain melaut. Ketika musim paceklik ikan mereka berharap mendapat pelatihan dari dinas terkait.

"Kalau yang punya keahlian mencari kerja ke kota sebagai buruh proyek atau buruh tani. Kalau yang tidak punya keahlian terpaksa menganggur. Meskipun punya kartu nelayan, kami masih bingung manfaatnya," kata Hadi, nelayan Pantai Jayanti.

Baca juga: Utang numpuk, ratusan nelayan nekat melaut di tengah cuaca ekstrem

Baca juga: Nelayan Cianjur alih profesi buruh tani saat cuaca ekstrem

 

Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019