Kalau kami disebut disabilitas, tetapi ternyata kami bisa memajang karya
Semarang (ANTARA) - Pelukis kaki asal Salatiga, Sabar Subadri, menolak disebut sebagai penyandang disabilitas.

Hal tersebut diungkap Sabar saat pembukaan pameran tunggalnya di Mal Ciputra Semarang, Selasa, dalam rangka Hari Penyandang Cacat Internasional.

"Kalau kami disebut disabilitas, tetapi ternyata kami bisa memajang karya," katanya.

Baca juga: Aksi seni peran anak berkebutuhan khusus nan memukau

Ia menyebut banyak penyandang disabilitas yang mampu menembus batas kemampuan.

Jika disebut sebagai disabilitas, kata dia, seharusnya karya yang dihasilkan lebih jelek dari hasil karya menusia normal.

Dalam pameran tunggalnya ini, Pelukis kelahiran 4 Januari 1979 tersebut memamerkan puluhan karyanya.

Salah satu karya yang dipamerkan, menurut Sabar, merupakan lukisan favoritnya yang berjudul "Tenang Dalam Gejolak".

Ia menjelaskan karya tersebut melukiskan batu di tengah aliran sungai mata air Senjoyo, Kota Salatiga, yang jernih.

Menurut dia, lukisan yang membutuhkan waktu sekitar enam minggu menyelesaikannya itu tidak akan dijual.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah Sinoeng Rahmadi mengharapkan karya-karya Sabar Subadri ini bisa menjadi semangat dalam kehidupan.

"Mas Sabar, jadilah pelita, jadilan inspirasi," katanya.

Baca juga: Penyandang disabilitas berkompetisi di FLS2N Lampung

Pewarta: Immanuel Citra Senjaya
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019