Jakarta (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo ingin memecahkan permasalahan komoditas rumput laut yang dihadapi oleh para pelaku usaha rumput laut di berbagai daerah.

Menteri Edhy dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa, menyatakan bahwa dirinya telah menerima keluhan pembudidaya rumput laut gracilaria yang menyebut biaya panen mahal.

Terkait dengan hal tersebut, Menteri Edhy mengaku perlu mencari tahu penyebab sebenarnya.

Pasalnya, ujar dia, beberapa waktu yang lalu dirinya juga menerima keluhan dari pelaku usaha industri agar-agar yang komplain mahalnya harga rumput laut gracilaria ini.

"Kenapa ini terjadi? Persoalan transportasinya, apa logistik yang bermasalah, atau apakah sumber bibitnya, atau apakah panen yang mahal?" katanya.

Untuk itu, Menteri Kelautan dan Perikanan juga meminta Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) untuk memetakan masyarakat pembudidaya rumput laut yang tergolong masih belum mampu.

Bantuan yang ditawarkan tersebut dapat berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan jumlah pinjaman mencapai Rp50 juta dan bunga 6 persen maupun pinjaman modal melalui Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LPMUKP). Bantuan ini menurutnya dapat diakses berkelompok.

Selain itu, ujar dia, pihak pemerintah daerah pun diminta aktif pula untuk menjemput bola dalam rangka membantu masyarakat yang butuh mengakses pinjaman tersebut.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian terus mendorong peningkatan nilai tambah rumput laut di Tanah Air melalui hilirisasi industri, agar mampu menggerakkan sektor ekonomi di wilayah pesisir Indonesia.

“Rumput laut dapat digunakan dalam industri farmasi, serta industri makanan sebagai stabilator, bahan pengental, pembentuk gel, pengemulsi, dan lainnya,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih.

Dalam industri rumput laut, menurut Gati, tingkatan yang paling hilir adalah teknologi formulasi. Produk yang dihasilkan biasanya digunakan oleh industri pangan dan non-pangan.

Dalam industri pangan, produk formulasi rumput laut digunakan untuk makanan campuran kemasan kaleng, roti, bakso, nugget, sirup, susu kental, es krim, yogurt, jus, jeli dan lainnya.

Pada industri non-pangan, rumput laut dapat digunakan untuk industri cat, tekstil, pasta gigi, kosmetik seperti lotion, masker, krim wajah, lulur, sabun, sampo. Sedangkan dalam industri farmasi dapat diolah untuk cangkang obat kapsul dan salep.

"Limbah dari hasil pengolahan rumput laut dalam bentuk padatan dan cairan dapat digunakan untuk bahan pupuk atau zat penumbuh tanaman serta khusus limbah padatan sebagai pakan ternak,” ujar Gati.

Ia menjelaskan potensi budi daya rumput laut di Indonesia tersebar di 23 provinsi dengan 10 sentra budi daya rumput laut yang besar yakni di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Tenggara, Maluku, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Kalimantan Utara, dan Bali.


Baca juga: KKP optimistis produksi budidaya 17,9 juta ton
Baca juga: Menteri KKP ingin tingkatkan ekspor perikanan ke Eropa Timur
Baca juga: Menteri Edhy pastikan pemerintah fasilitasi pembudidaya ikan hias

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019