PBB (ANTARA) - Korea Utara pada Rabu (4/12) memperingatkan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa pihaknya akan menganggap diskusi apa pun soal situasi HAM di negara tersebut sebagai "provokasi serius" dan Pyongyang akan "meresponsnya secara tegas."

Duta Besar Korut untuk PBB Kim Song menyampaikan peringatan tersebut melalui sebuah surat, yang dilihat oleh Reuters. Para diplomat mengatakan sejumlah anggota dari dewan beranggotakan 15 negara itu berencana meminta pertemuan tentang pelanggaran HAM di Korea Utara pada November ini.

Pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump bertemu tiga kali sejak Juni tahun lalu dalam upaya menyelesaikan kesepakatan, yang Washington harapkan dapat membuat Korut membongkar program rudal dan nuklir miliknya. Namun tidak ada progres yang dihasilkan dan Pyongyang meluncurkan serangkaian uji coba rudal balistik jarak dekat.

Amerika Serikat menjadi presiden Dewan Keamanan selama Desember.

Kim Song menuliskan bahwa setiap pertemuan tentang HAM akan menjadi "tindakan yang bersekongkol dan memihak dengan kebijakan bermusuhan AS, yang malah mengacaukan ketimbang membantu meredakan ketegangan di Semenanjung Korea dan resolusi isu nuklir."

Sedikitnya sembilan anggota dewan harus mendukung permintaan pertemuan tersebut agar dapat terealisasi. Antara 2014 hingga 2017 China gagal menghentikan diskusi tahunan.

Korut berulang kali menangkis tuduhan pelanggaran HAM dan menyalahkan sanksi atas situasi kemanusiaan yang mengerikan. Pihaknya menuntut agar sanksi itu dihapus. Pyongyang berada di bawah sanksi PBB sejak 2006 atas program nuklir dan rudal balistik miliknya.

"Jika Dewan Keamanan akan menekan melalui pertemuan tentang 'isu HAM' DPRK ... Situasi di Semenanjung Korea akan berubah menjadi lebih parah lagi," bunyi surat tersebut.

DSumber: Reuters

Baca juga: Korut: Bukan saat yang tepat bagi Kim untuk hadiri KTT ASEAN

Baca juga: Korut: Laporan AS soal terorisme tunjukkan 'kebijakan bermusuhan'

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019