Batam (ANTARA News) - Uskup Pangkalpinang Mgr. Hilarius Moa Nurak SVD berpendapat umat dapat berdoa dan meminta pertolongan kepada almarhum Pastor Rolf Reichenbach SS.CC, yang selama hayatnya saleh dan kudus. "Tidak salah umat berdoa di dekat makamnya dan meminta pertolongan, karena beliau dengan kekudusannya tetap hidup dan dapat menjadi perantara permohonan kepada Allah," kata Uskup sebelum Misa menjelang peletakan/penguburan jenazah Rolf di halaman Gua Maria Gereja Beato Damian, Bengkong, Batam, Sabtu petang. Romo (Pastor) Rolf meninggal 11 September 2004 di Belanda. Jenazahnya tiba di Batam, Jumat siang dari Amsterdam via Jakarta, setelah digali dari kuburan di biara Bavel, Belanda, yang terkena relokasi karena biara itu dijual. Pastor Rolf Friedrich Joseph Reichenbach (1931-2004) dilahirkan di Koln, Jerman, 15 Oktober. Pastor ini pada 6 Februari 1988 memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia. Sejak kanak-kanak ia meneladani pilihan hidup Pastor Damian Joseph de Veuster (1840-1889) yang oleh Paus Yohanes Paulus II digelari Beato (Abdi Allah, Abdi kemanusiaan). Pastor Damian, 16 tahun menjadi pembawa sakramen, merawat, dan menguburkan dengan patut jenazah para penderita kusta/lepra yang diasingkan Raja Kamehameha III di Kalawao, Molokai, Hawaii. Damian sendiri tertular, badannya membusuk hingga wafat. Rolf seringkali mengatakan, penderitaannya tidak sebanding dengan yang dialami Beato Damian, sementara di dunia masih banyak neraka "molokai" yaitu mereka yang hidup tersisih dan memerlukan pertolongan. Ia juga pernah menyatakan, "Dulu saya berpikir saya datang untuk mempertobatkan orang. Tetapi, saya bodoh dengan pendapat itu. Sudah lama saya (menjadi) tahu, saya tidak mempertobatkan orang melainkan saya (yang) dipertobatkan". Rolf termasuk misionaris Tarekat/Kongregasi SS.CC (Hati Kudus Yesus dan Maria) pelopor di wilayah Tanjungpinang, Tanjunguban dan Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), sejak bertugas di Indonesia 15 Oktober 1959 dan bergiat di wilayah Keuskupan Pangkalpinang (Bangka Belitung dan Kepri). Waktu itu, kenang Uskup Hilarius, Batam masih hutan, dan Rolf mengunjungi dan berinteraksi dengan umat Katolik yang sebagian besar berasal dari Flores, Nusa Tenggara Timur. Sebenarnya ada keinginan dari Keuskupan agar jenazah dimakamkan di Pangkalpinang, tempat Rolf pada 1977-1987 menjadi Administrator Apostolik (pejabat administratif Tahta Suci Vatikan), kata Hilarius. Akan tetapi, katanya, Kongregasi SS.CC Provinsial Indonesia bersama umat, menghendaki pemakaman di Batam, karena di pulau itu pun, almarhum semasa hidup lama berkarya dan dikenal kebaikan hatinya dalam membimbing kerohanian. Menurut Uskup, Rolf adalah figur imam yang merakyat. Salah satu contohnya, 10 tahun rela menjadi Administrator Apostolik, padahal pada waktu itu berpeluang menjadi Uskup Pangkalpinang. Bagi almarhum , yang terpenting bukanlah jabatan tinggi melainkan melayani dan berkorban untuk kepentingan rohani umat, selain menjadi teladan dalam hidup penuh doa kepada Yesus Kristus. Segala penderitaan, kata Uskup, ia hadapi dengan bersandar pada Injil, terutama Filipi pasal 4 ayat 13 yang berbunyi "Segala perkara dapat kutangung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku". Menjelang pemakaman di Gereja Beato Damian, ditayangkan gambar-gambar masa kecil Rolf dan video jejak langkahnya semasa berkarya di Indonesia, terutama di Bangka Belitung, Kepulauan Riau dan Jawa Barat. Pimpinan SS.CC Provinsial Indonesia Pastor Antun Wardoyo mengharapkan dengan pemakaman di Batam, teladan yang ditunjukkan almarhum tetap hidup di hati umat serta para anggota SS.CC. Hadir dalam peletakan jenazah tersebut, Pimpinan SS.CC Belanda Pastor Jan Wouters yang merupakan wakil dari kakak almarhum yaitu Pastor Hans Reichenbach SS.CC, (83), untuk membawakan jenazah dari Amsterdam hingga ke Batam. Rolf bertugas di Pangkalpinang, Bangka Belitung, 1959-1960. Kemudian di Kepulauan Riau yaitu di Tanjungpinang (1960-1962), Tanjung Balai Karimun (1962-1966), Tanjungpinang (1966-1977) selaku pastur kepala paroki. Pada tahun 1977 ia menjadi Vikaris Jenderal (setingkat Wakil Uskup) di Pangkalpinang, kemudian Administrator Apostolik Keuskupan Pangkalpinang (1977-1987). Dalam jabatan administratif wakil Tahta Suci Vatikan selama 10 tahun itu, ia aktif memperjuangkan kepentingan kaum pengungsi Vietnam yang ditampung Pemerintah Indonesia dan Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan Pengungsi (UNHCR) di Pulau Galang (1979-1996). Tahun 1988-1991 ia menjadi Superior Vise Provinsi SS.CC Indonesia. Pada periode 1991-1998 menjadi Rektor Seminari Damian di Bandung. Pada tahun 1998-2001 ia menjadi Pastor Kepala Paroki Beato Damian, Batam. Di Batam, 2001-2004, Rolf menetap di Biara Hati Kudus, dan bergiat dalam Kerasulan Panggilan agar banyak orang muda menjadi imam. Pada kurun waktu itu pula ia menjadi Moderator Karismatik Nasional.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008