Paris (ANTARA) - Pemimpin Rusia dan Ukraina pada Selasa setuju pada akhir tahun untuk  bertukar tahanan yang masih tersisa dari konflik di Ukraina timur.

Namun, kedua pemimpin meninggalkan masalah status kawasan itu untuk dibicarakan pada perundingan berikutnya.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy bertemu muka untuk pertama kali dalam perundingan yang berlangsung selama sembilan jam di Paris.

Pertemuan kedua presiden tersebut diperantarai oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel.

Saat bertemu untuk pertama kalinya itu, sikap Zelenskiy maupun Putin terlihat dingin. Tidak ada pemandangan mereka berjabatan tangan. Keduanya juga terlihat tidak mau bertatapan satu sama lain.

Zelenskiy adalah seorang pelawak yang menjadi politisi. Ia terpilih sebagai presiden Ukraina pada awal 2019 dengan mengusung janji untuk menyelesaikan konflik tersebut.

Kendati suasana yang menyelimuti Putin dan Zelenskiy terkesan dingin, pembicaraan antara keduanya menghasilkan beberapa komitmen khusus.

Komunike akhir yang dikeluarkan usai pertemuan kedua pemimpin tersebut menetapkan komitmen soal pertukaran tahanan serta penegasan soal penerapan gencatan senjata di kawasan Donbass, Ukraina timur, yang selama ini tidak pernah benar-banar dilaksanakan.

Selain itu, Putin dan Zelenskiy telah merancang perjanjian yang memungkinkan gas alam Rusia bisa terus melintas ke wilayah Ukraina.

"Kita telah membuat kemajuan soal penghentian, pertukaran tahanan, gencatan senjata dan perubahan politik secara berangsur-angsur," kata Macron saat konferensi pers.

Dalam konferensi tersebut, Putin dan Zelenskiy duduk dipisahkan oleh Macron dan Merkel.

"Kami telah meminta para menteri kami untuk berupaya mewujudkannya dalam empat bulan mendatang... dengan sudut pandang untuk menyelenggarakan pemilihan daerah dalam empat bulan ini," kata Macron.

Namun, pertemuan para pemimpin itu belum menghasilkan perjanjian soal masalah-masalah politik yang masih mengganjal dalam upaya penyelesaian konflik.

Masalah yang masih menggantung itu antara lain menyangkut status Donbass di bawah Ukraina.

Ukraina dianggap sebagai pihak yang secara de factro mengendalikan perbatasan antara Donbass dan Rusia dan yang menentukan bagaimana pemilihan daerah di kawasan itu akan digelar.

Dalam pertemuan di Paris itu, para pihak terkait setuju untuk bertemu kembali dalam putaran perundingan berikutnya, yang disebut dengan format Normandia, yang diperantarai Prancis dan Jerman, dalam waktu empat bulan ini.

Konflik yang terjadi di Ukraina timur itu pecah pada 2014 dan telah menewaskan lebih dari 13.000 orang serta memperburuk keretakan antara Barat dan Timur sejak Perang Dingin.

Sumber: Reuters
Baca juga: Rusia tolak peran AS dalam pembicaraan konflik Ukraina
Baca juga: Ukraina nyatakan belum ada pertukaran tawanan dengan Rusia
Baca juga: Macron: Kembalinya Rusia ke G8 harus dapat selesaikan krisis Ukraina

 

Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019