Jakarta (ANTARA) - Pengamat olahraga nasional Budiarto Shambazy menilai terlalu sulit bagi Indonesia untuk bisa tembus peringkat kedua perolehan medali pada satu hari tersisa menjelang penutupan SEA Games 2019 Filipina.

Pada Minggu (8/12), Indonesia sempat menempati posisi kedua. Namun sehari kemudian, Indonesia harus tercecer di urutan keempat perolehan medali setelah digusur oleh Thailand dan Vietnam.

"Agak susah ya karena emas terbanyak itu ada di cabang-cabang terukur seperti renang dan atletik. Dan itu kekuatannya merata," ujar Budiarto dihubungi dari Jakarta, Selasa.

Baca juga: Perolehan medali SEA Games 2019 sehari menjelang penutupan

Pada cabang olahraga renang, Singapura memang menjadi negara yang memanen medali emas, kemudian disusul oleh Vietnam. Dari 38 medali emas yang diperebutkan, Indonesia hanya mampu membungkus satu keping saja lewat I Gede Siman Sudartawa pada nomor 50 m gaya punggung putra.

Pun demikian dengan cabang atletik yang memperebutkan total 39 emas. Sampai saat ini, timnas atletik telah menyumbangkan total lima keping emas.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyampaikan agar Kontingen Indonesia bisa meraih 60 emas dan finis di urutan dua besar.

Kendati Indonesia sudah melampaui target perolehan emas pada hari kesembilan, Minggu (8/12), Budiarto menilai bahwa jumlah tersebut masih belum aman untuk bisa finis di posisi kedua.

Hal itu terbukti sejak hari ke-10. Senin (7/12), posisi Indonesia justru tergeser oleh Thailand dan Vietnam. Tak tanggung-tanggung, perbedaan jumlah medali dengan Thailand mencapai 15 emas, sedangkan dengan Vietnam terpaut 10 emas.

Baca juga: Kenapa Indonesia bisa disalip Thailand dan Vietnam, ini analisisnya

Catatan prestasi Indonesia

Menengok ke belakang, Indonesia yang baru mengikuti ajang SEA Games pada 1977, langsung menguasai papan atas perolehan medali. Bahkan catatan apik tersebut kembali terulang pada SEA Games 1979, 1981, 1983, 1987, 1989, 1991, 1993, 1997, dan 2011.

"Sejak tahun 1977, kita itu di mana pun SEA Games, kita selalu juara umum. Memang kita menjadi kekuatan dominan sejak bergabung ke SEA Games," kata Budiarto.

Namun dominasi Indonesia di Asia Tenggara terhenti pada SEA Games 1999, 2001, dan 2003 yang kala itu tim Merah Putih harus puas finis di urutan ketiga. Namun pada SEA Games 2005, prestasi tersebut malah menurun, Indonesia anjlok hingga ke posisi kelima, yang merupakan catatan terburuk di sepanjang pesta olahraga Asia Tenggara itu.

Terakhir kali yakni pada SEA Games 2017 Malaysia, Indonesia juga menjadi negara yang tak berdaya seusai dikalahkan oleh tuan rumah, Thailand, Vietnam, dan Singapura dalam tabel perolehan medali.

"Jadi sebenarnya ini (peringkat klasemen) adalah masalah lama. Prestasi kita sudah turun sejak tahun 1990-an itu. Titik nadirnya itu kemarin di Kuala Lumpur kita di urutan kelima. Bikin malu sekali."

Baca juga: Diperkirakan hanya tambah 10 emas, Indonesia sulit naik lagi

Kendati diprediksi sulit mencapai dua besar, Kontingen Indonesia jelas harus tetap menjaga optimisme mereka karena masih ada 90 keping emas tersisa untuk diperebutkan pada hari terakhir.

Di hari terakhir ini, Indonesia diharapkan bisa menambah 10 keping emas. Cabang yang berpeluang besar menyumbangkan emas antara lain balap sepeda nomor BMX, atletik, akuatik, voli, dan tentu saja sepak bola yang dapat menjadi obat luka rakyat Indonesia, seandainya Indonesia gagal finis di peringkat dua besar.

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019