Jakarta (ANTARA) - Peneliti herpetologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Amir Hamidy, mengungkapkan bahwa ular kobra belakangan muncul di area permukiman warga di beberapa daerah di Indonesia karena musim penghujan memang masa telur-telur kobra menetas.

"Kemunculan kobra memang karena sedang musimnya menetas anak-anak ular dan itu akan terjadi lagi karena memang siklus tahunan," kata ahli reptilia itu ketika dihubungi dari Jakarta pada Rabu.

Ia menjelaskan bahwa habitat ular kobra berada di sekitar ruang aktivitas manusia. Reptilia itu bisa tinggal di area terbuka seperti sawah, ladang, dan lahan di sekitar rumah penduduk.

"Hal itu bisa terjadi karena mangsa alami kobra, yaitu tikus, banyak ditemukan di daerah dekat dengan tempat tinggal manusia dan juga karena sebelum menjadi daerah perumahan tempat itu biasanya merupakan habitat asli kobra," kata Amir.

Ketika kobra bisa bertahan hidup di habitat yang berubah menjadi kawasan permukiman, mereka akan bertelur di sana dan telur-telur itu akan menetas dalam waktu dua sampai empat bulan.

Di daerah-daerah tempat anak-anak ular kobra muncul di permukiman, Amir menjelaskan, kemungkinan telur-telur kobra yang ditinggalkan oleh induknya menetas.

Setiap ular kobra bisa menghasilkan sepuluh sampai dua puluh telur, jadi pada saat sebagian besar telur itu menetas akan banyak anakan kobra yang berkeliaran di area yang menjadi habitat kobra. 

Telur ular kobra berwarna putih, bercangkang keras, dan berbentuk lonjong dengan ukuran bervariasi. Ketika mendapati telur ular kobra di rumah, kata Amir, yang bisa dilakukan adalah memindahkan telur ke habitat yang lebih aman untuk reptil tersebut.

Apabila menemukan ular kobra yang masih hidup, menurut dia, lebih baik menyerahkan penanganannya kepada petugas profesional seperti pemadam kebakaran atau komunitas pencinta dan ahli ular karena kobra termasuk jenis ular yang berbahaya dengan bisa beracun.

Dalam menangani kasus gigitan ular, Amir mengatakan, dokter juga perlu mengetahui secara spesifik jenis ular yang menggigit.

"Kenapa identifikasi itu harus tepat? Karena bisa ular spesifik per jenisnya dan efeknya terhadap tubuh juga berbeda. Kalau efeknya terhadap tubuh berbeda maka dokter yang menangani perlu tahu itu, karena anti-venomnya juga berbeda," ujar dia.

Belakangan kawanan anak ular kobra muncul di daerah permukiman di Jember, Jawa Timur, dan DKI Jakarta serta menimbulkan kepanikan warga.

Baca juga:
Puluhan ular kobra masuk ke perumahan warga Jember
Sembilan ular kobra dievakuasi petugas Damkar di Cakung

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019