Sanggau, Kalimantan Barat (ANTARA) - Keberadaan sekolah non formal seperti Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di Desa Balai Karangan, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat lebih diminati dibandingkan dengan sekolah formal.

"Kita liat sekarang masyarakat itu lebih condong ke sekolah non formal apalagi kalau mereka yang sudah bekerja," kata Ketua PKBM Mustika, Baleng Tinus (57) saat ditemui di Balai Karangan, Sanggau, Kalimantan Barat, Kamis.

Menurut Baleng, sekolah non formal lebih diminati karena usia warga yang melanjutkan pendidikan dasar 12 tahun sudah lanjut atau bukan lagi usia sekolah.

Ia mengatakan banyak warga yang putus sekolah atau tidak mengenyam pendidikan karena alasan jarak, ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang minim di wilayah tersebut.
Baca juga: PKBM masih dipandang sebelah mata
Baca juga: Aplikasi Sicerdas siap digunakan sekolah di Kalbar

"Mereka umumnya sudah bekerja, jadi sulit membagi waktu untuk sekolah formal," katanya.

Dari segi umur, lanjut Baleng, beberapa warga yang sudah bekerja di perkebunan sawit ada yang diangkat menjadi mandor perkebunan, tetapi mereka tidak tamat SMP atau SMA.

Untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP dan SMA usia mereka sudah lanjut, sehingga agar mendapatkan ijazah pendidikan tingkat pertama dan tingkat atas mereka memilih sekolah non formal.

Sedikitnya ada sekitar tiga PKBM di wilayah tersebut. PKBM Mustika salah satu sekolah non formal yang aktif mengajar warga yang datang dari berbagai latar belakang, ada yang putus sekolah, ada yang karena alasan ekonomi tidak bisa bersekolah, dan karena jarak tempuh tempat tinggal dengan sarana pendidikan yang sangat jauh.
Baca juga: Sekolah rusak di Kota Singkawang-Kalbar diinventarisasi
Baca juga: Nyimas Novi Ujiani pegiat PKBM menuju parlemen


Untuk menuju sekolah formal jarak tempuh yang dilalui oleh para siswa bisa memakan waktu tempuh setengah hingga satu jam perjalanan, tak jarang banyak siswa yang memilih memondok atau tinggal di asrama dekat gereja atau yayasan Islamic Center.

Desa Balai Karangan sendiri merupakan wilayah dengan prinsip terluar, terdepan dan tertinggal (3T) Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara Kuching, Malaysia. Jarak tempuh ke Malaysia lebih dekat ketimbang ibu kota pemerintahan sendiri.

Baleng mengatakan PKBM Mustika memiliki layanan pendidikan kelas keasaraan, kelas paket A (SD), paket B (SMP) dan paket C (SMA).

"Total saat ini jumlah siswa ada 500 an orang, kebanyakan siswa paket C, yang paling sedikit itu siswa paket A," kata Baleng.
Baca juga: Anak Suku Polahi di pedalaman Gorontalo ingin bisa sekolah

PKBM Mustika salah satu sarana pendidikan yang mendapat perhatian khusus dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui program BUMN Hadir Untuk Negeri.

PT Asuransi Kredit Indonesia atau Askrindo (Persero) salah satu BUMN yang ikut membantu program pemerintah dalam pembangunan di wilayah 3T.

Corporate Secertary PT Askrindo (Persero), Denny S Adji saat dikonfirmasi terpisah, mengatakan Askrindo mengambil langkah guna membantu pemerintah meningkatkan SDM agar terciptanya pemerataan ekonomi nasional yang lebih baik lagi di wilayah 3T.

"Salah satu daerah yang menjadi fokus Askrindo adalah di daerah Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat," kata Denny.

Askrindo memberikan bantuan dari program BUMN Hadir Untuk Negeri di sektor pendidikan di wilayah 3T dengan menyiapkan fasilitas pengembangan kapasitas bagi masyarakat berupa 40 unit komputer.
Baca juga: Mendikbud akan resmikan pusat kegiatan belajar WNI
Baca juga: PKBM Hidayah dengan dukungan Pertamina gelar "dreamable" untuk ABK

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019