Singapura, (ANTARA News) - Harga minyak, Rabu, turun namun tetap di atas 78 dolar AS per barel karena kalangan trader masih khawatir mengenai resesi dunia yang lebih berat dibandingkan optimisme pulihnya ekonomi yang didorong oleh skema bantuan perbankan. Rencana yagn dilakukan AS dan Eropa untuk memasukkan triliunan dolar ke sektor perbankan membuat bursa saham dunia mengalami "rally" pekan ini, sebelum suramnya sentimen ekonomi kembali menyelimuti pasar. Harga minyak di AS turun 53 sen menjadi 78,10 dolar AS per barel pada 0152 GMT, sedang minyak Brent di London tergelincir 23 sen menjadi 74,30 dolar. Harga minyak itu berada lebih rendah 3 persen dari hari Selasa, setelah merayap lebih dari 3 dolar per barel pada awal sesi perdagangan, sejalan dengan penutupan Wall Stree yang melemahnya menyusul kenaikan tertinggi dalam perdagangan sehari. "Saya tidak melihat apapun yang dapat mendorong harga lebih tinggi dalam jangka pendek. Pada saat ini, harga hanya tergantung pada waktu dan perdagangan yang kisarannya ketat," kata Peter McGuire, direktur pelaksana Commodity Warrants Australia. Anjloknya permintaan di AS dan negara konsumen utama akibat krisis keuangan dan pindahnya investor ke investasi yang lebih aman menyeret harga minyak dari rekor tertinggi di kisaran 147 dolar per barel pada Juli. Sementara itu, prosentase pertumbuhan impor konsumen terbesar kedua, China, pada September mencapai dua digit untuk bulan kedua, sebagai dampak dari guncangan keuangan dan tertundanya pembangunan beberapa proyek pengolahan yang mungkin berarti memperlambat konsumsi pada bulan-bulan mendatang. Menurut Tetsu Emori, manajer pendanaan di Astmax Asset Management di Tokyo, "Situasinya masih tidak menentu." Sementara itu, kalangan trader masih menunggu langkah OPEC berikutnya, yang akan melakukan pertemuan di Vienna 18 November untuk mendiskusikan dampak dari krisis keuangan internasional. Menurut Emori organisasi itu dapat memutuskan memangkas produksinya jika harga turun di sekitar 70dolar. Iran, Minggu, memprediksikan OPEC akan memangkas produksi minyaknya pada November. Libya pekan lalu juga menyuarakan produksi yang lebih rendah sehingga harga berjangka minyak mentah dapat terus diperdagangkan pada level saat ini. Di AS, harga rata-rata eceran bensin turun 33,3 sen dolar selama pekan lalu menjadi 3,15 dolar per galon, penurunan harga terbesar yang pernah dicatat pemerintah, kata Departemen Energi, Selasa. Sementara itu, dukungan terhadap harga itu muncul dari berita bahwa ekspor minyak OPEC yang diangkut dengan kapal, tidak termasuk Angola dan Ekuador, turun 600.000 barel per hari selama September, kata Lloyd`s Marine Intelligence Unit (LMIU), Selasa. Pusat Topan Nasional AS mengatakan badai tropis Omar nampaknya mendekati kekuatan angin topan di Laut Karibia paling cepat Selasa malam. Badai yang merusak aktivitas di fasilitas pengolahan minyak Puerto La Cruz di Venezuela yang memproduksi 200.000 barel per hari, menghentikan kemampuan beberapa unit dan memaksa pihak berwenang menunda pelayaran tanker ke fasilitas pelabuhan, menurut perusahaan minyak negara. Selasa, kalangan trader akan melihat data cadangan AS selama sepekan, dengan analis memperkirakan ada penambahan 1,9 juta barel minyak mentah, 600.000 barel minyak hasil penyulingan, dan 2,9 juta barel cadangan bensin.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008