Jakarta (ANTARA) - Hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan volume sampah saat musim hujan lebih tinggi dibandingkan musim kemarau, hal itu salah satunya dipengaruhi perilaku masyarakat.

"Pertama, masyarakat sebagian besar masih belum peduli lingkungan. Mereka berpikir bagaimana sampah itu tidak ada di depan mata sehingga membuang sembarangan," kata peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Muhammad Reza Cordova di Jakarta, Jumat.

Kemudian, dari proses pembuangan ke sungai tersebut terdapat dua kemungkinan pula. Pertama, saat musim kemarau sampah tetap di buang ke sungai namun tidak mengalir karena tidak ada aliran air sehingga jumlahnya relatif lebih kecil jika dibanding musim hujan.

Baca juga: KLHK minta instansi pemerintah kurangi penggunaan plastik sekali pakai

Namun, sampah-sampah yang sudah menumpuk itu langsung mengarah ke laut saat musim hujan tiba salah satunya melalui Teluk Jakarta. Faktor kedua, yaitu ketika debit air tinggi terutama pada musim hujan, momentum itu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membuang sampah.

"Kami menyaksikan langsung masyarakat buang sampah ke sungai saat hujan," katanya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di sembilan sungai, LIPI menyimpulkan pola atau perilaku masyarakat perlu diubah karena dapat merusak lingkungan. Apalagi tidak semua daerah punya pengelolaan sampah yang baik.

Selain itu, juga diperlukan adanya kegiatan intensif dalam pembersihan sungai. Hal itu mengingat pelepasan puing atau volume sampah yang lebih tinggi selama musim hujan yakni Desember hingga Februari.

Bahkan berdasarkan tinjauan lebih lanjut, ujar dia, sampah plastik yang terdampar pada musim angin muson barat yakni Oktober hingga Maret lebih tinggi dibandingkan pada musim angin muson timur atau pada April hingga Oktober.

Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata sampah plastik di musim barat mencapai 2.15 hingga 4.55 plastik per meter persegi dengan berat rata-rata 85.01 hingga 115.91 gram plastik per meter persegi. Sedangkan pada musim timur, sampah plastik ditemukan mencapai 1.20 hingga 2.46 plastik per meter persegi dengan berat rata-rata 74.30 hingga 90.15 gram plastik per meter persegi.

"Sampah plastik yang dominan ditemukan pada seluruh wilayah dan lokasi pengamatan ialah sampah plastik sekali pakai di antaranya kantong kresek, sedotan, puntung rokok dan styrofoam," katanya.

Baca juga: Biofoam, kemasan alternatif aman untuk lingkungan hidup

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019