Jadi, jangan kaget jika presiden di masa datang alumni IPB
Jakarta (ANTARA) - Cepatnya perubahan pada Revolusi Industri 4.0 menjadikan semua pihak harus mampu meraba kebutuhan sumber daya manusia pada masa mendatang, meskipun banyak pihak mengatakan tidak ada yang bisa diprediksi di masa depan, kecuali perubahan itu sendiri.

Karena itu, hal yang pasti untuk dilakukan adalah menyiapkan manusia yang siap belajar dan akan terus belajar karena perubahan menuntut setiap insan untuk terus belajar sesuatu yang baru akibat perubahan cepat (revolusi) di era digital.

Universitas IPB menyiapkan calon pemimpin, termasuk jabatan presiden pada masa mendatang, dengan mempersiapkan mahasiswanya melalui penerimaan jalur ketua OSIS.

Rektor Universtas IPB Prof. Arif Satria yang berbicara sebagai keynote speech pada seminar 3th High Level Update dengan tema “HR Leader As A Strategic Business Partner” di Learning Center BPJAMSOSTEK, Bogor, Selasa, mengatakan universitasnya tidak lagi mempersiapkan sarjana "tukang" akan tetapi mempersiapkan calon pemimpin.

Arif memaparkan tantangan perguruan tinggi pada masa mendatang di mana berdasarkan data, 69,1 persen milenial ingin menjadi bos.

"Ingin menjadi pemimpin di perusahaan rintisannya atau di bidang yang ditekuninya. Mereka tidak ingin lagi menjadi pekerja untuk perusahaan orang lain," katanya.

Berdasarkan kondisi demikian, tantangan bagi perguruan tinggi, mau tidak mau akan berubah, dan perubahan tersebut adalah suatu keniscayaan.

Di samping mempersiapkan calon pemimpin, perguruan tinggi harus mempersiapkan lulusan yang powerful agile learner (continues learner), yaitu bermental pembelajar karena harus siap beradaptasi.

Dunia saat ini dan masa mendatang penuh dengan ketidakpastian karena lulusan IPB harus siap untuk terus belajar untuk menghadapi perubahan dan tantangan baru.

Baca juga: IPB rombak kurikulum selaras dengan Industri 4.0

Penerimaan calon mahasiswa jalur OSIS, kata Arif, merupakan terobosan untuk membentuk calon pemimpin yang sudah setengah jadi.

"Ketua OSIS di sekolah menengah atas biasanya pengurus atau ketua OSIS juga di SMP. Mereka adalah siswa yang sudah 'selesai' dengan urusan pribadi sehingga mampu mengurus kepentingan orang banyak," katanya.

Kepemimpinan tidak diajarkan di sekolah formal. Siswa yang memiliki jiwa kepemimpinan mendapatkannya secara otodidak atau belajar dari pengalaman pribadi atau orang di sekelilingnya.

Ketua OSIS juga dinilai sudah memiliki kemampuan memimpin yang diperlukan untuk pemimpin perusahaan atau organisasi apa pun pada masa mendatang.

"Dengan menerima calon mahasiswa mantan ketua OSIS, maka beban membentuk kemampuan soft skill mahasiswa di IPB sudah selesai 50 persen," ucapnya.

IPB tinggal memoles kemampuan memimpin mantan ketua OSIS itu selama kuliah di kampus "kota hujan", Bogor.

"Jadi, jangan kaget jika presiden di masa datang alumni IPB," ujar Arif yang disambut tawa dan tepuk tangan meriah peserta seminar yang sebagian dari kalangan milenial.

Baca juga: IPB University deklarasi Komitmen Kebangsaan

IPB sudah memulai penerimaan jalur ketua OSIS sejak 2018, dengan porsi sekitar lima persen dari 4.000 kursi yang disediakan. Pada 2019 meningkat menjadi 7,5 persen dan pada 2020 akan menjadi 10 persen.

"Memang dilakukan secara bertahap untuk melihat perkembangannya," ujar Arif yang juga mantan ketua OSIS ketika SMA.

Hasil sementara, mahasiswa angkatan 2018 memperlihat perkembangan yang baik, karena itu porsinya dinaikkan.

Ketika ditanya, apakah akan melihat potensi pemimpin lain pada calon mahasiswa, seperti ketua atau pemimpin di pramuka saat sekolah menengah, dia mengatakan tidak tertutup kemungkinan untuk itu.

Dia juga memaparkan pentingnya kejujuran bagi calon pemimpin. Pemimpin yang jujur akan berintegritas. Orang berintegritas akan dipercaya dan memudahkan dirinya untuk memimpin dan mewujudkan cita-citanya atau cita-cita bangsa.

                                                                                              Inisiatif BPJAMSOSTEK
Seminar 3th High Level Update dengan tema “HR Leader As A Strategic Business Partner” bertempat di Learning Center BPJAMSOSTEK Bogor merupakan rangkaian kegiatan terkait HUT Ke-42 BPJAMSOSTEK yang diperingati setiap 5 Desember.

Acara yang ketiga kalinya itu terselenggara atas inisiasi dari Komite Kebijakan Pengelolaan Kinerja Organisasi dan Sumber Daya Manusia (KPKOS) yang merupakan salah satu dari empat Komite Dewan Pengawas BPJAMSOSTEK, bersama dengan Apindo Training Center dan Indonesia Global Compact Network (IGCN).

Baca juga: BPJAMSOSTEK, hidup sehat dan pekerja produktif

Seminar serupa sebelumnya telah diselenggarakan pada Oktober dan November silam, namun gelaran kali ini lebih semarak karena diikuti 1.000 peserta yang berasal dari karyawan, pengusaha, akademisi, dan mahasiswa.

Dalam acara tersebut, hadir Menteri Ketenagakerjaan RI yang diwakili Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan (Barenbang) Kemenaker Tri Retno Isnaningsih, Ketua Dewan Pengawas BPJAMSOSTEK Guntur Witjaksono beserta para anggota, Direktur Utama BPJAMSOSTEK Agus Susanto, Direktur Umum dan SDM BPJAMSOSTEK Naufal Mahfudz, dan Direktur Utama Pusat Studi Apindo Harijanto.

"Melalui kegiatan ini kami ingin membangun sinergi positif dengan peserta BPJAMSOSTEK, khususnya para HR (human resources) Manager perusahaan melalui berbagi pengetahuan (sharing knowledge) terkait dengan pengelolaan SDM guna mencapai kinerja yang unggul,” ucap anggota Dewan Pengawas selaku Ketua Komite KPKOS M. Aditya Warman.
 
Rektor Universitas IPB Arif Satria (tengah) berbincang dengan Ketua Dewas BPJAMSOSTEK Guntur Witjaksono (kiri) dan anggota Dewas BPJAMSOSTEK Aditya Warman di sela Seminar 3th High Level Update dengan tema “HR Leader As A Strategic Business Partner” di Learning Center BPJAMSOSTEK Bogor, Selasa (17/12/2019), yang merupakan rangkaian HUT Ke-42 BPJAMSOSTEK yang diperingati setiap 5 Desember. (ANTARA/Erafzon Saptiyulda AS)


Adit menambahkan bahwa meski pada era milenial ini teknologi telah banyak menggantikan peran manusia, karyawan masih menjadi salah satu aset yang sangat dibutuhkan untuk memajukan dan mengembangkan sebuah perusahaan.

Oleh karena itu, perusahaan juga perlu memiliki sebuah talent management yang mumpuni agar dapat memperoleh talenta terbaik untuk menjadi pemimpin pada masa mendatang.

Berkembangnya teknologi digital belakangan ini harus bisa dimanfaatkan oleh pimpinan perusahaan untuk mengembangkan karir dan kompetensi para karyawannya.

Untuk mempersiapkan strategi yang akurat dan aplikatif, BPJAMSOSTEK menghadirkan narasumber-narasumber yang berkompeten di bidangnya, di antaranya Chief Corporate Human Capital Development PT Astra International Tbk Aloysius Budi Santoso, Human Capital Director Maybank Irvandi Ferizal, dan pembicara lainnya.

Panitia berharap acara ini dapat memberi gambaran terkait pentingnya sebuah pengelolaan human capital dalam mengelola talent di sebuah perusahaan, sehingga ke depan para peserta dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapatkannya dari seminar ini ke dalam manajemen SDM di perusahaannya.

Baca juga: Rektor IPB: kolaborasi akan optimalkan hasil inovasi
Baca juga: Kebijakan inklusif perlu dilakukan untuk hadapi revolusi industri 4.0


 

Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019