"Bahwa menulis itu ternyata mempunyai kebiasaan berpikir terstruktur," katanya, usai peluncuran dan bedah buku "Abdul Hakim, Wartawan Antara; Dalam Kenangan Anak Cucu", di Jakarta, Selasa.
Jakarta (ANTARA) - Mantan Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim menyebutkan bahwa kebiasaan menulis membuat manusia menyadari atas banyaknya kekurangan yang dimiliki.

"Bahwa menulis itu ternyata mempunyai kebiasaan berpikir terstruktur," katanya, usai peluncuran dan bedah buku "Abdul Hakim, Wartawan Antara; Dalam Kenangan Anak Cucu", di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Tulis sosok ayah, Chappy: Beliau teladan luar biasa

Buku tersebut ditulis oleh Chappy bersama saudara-saudaranya, seperti Budiman Hakim, Bachrul Hakim, kemudian istri Chappy, dan cucunya yang menceritakan tentang sosok Abdul Hakim.

Abdul Hakim merupakan ayahanda Chappy Hakim bersaudara yang merupakan tokoh pers yang juga reporter dan redaktur pertama pada Kantor Berita ANTARA atau sekarang Perum LKBN ANTARA.

Chappy menjelaskan kebiasaan menulis melatih orang memiliki landasan perencanaan, sebab tidak mungkin bisa menulis jika tidak merencanakan sesuatu.

"Setelah merencanakan, tetap bergulir proses itu, mengoreksi lagi supaya lebih bisa bermakna, menyempurnakan tulisannya," katanya.

Artinya, kata dia, dengan menulis akan membuat orang sadar bahwa banyak kekurangan yg dimilikinya.

"Kalau mau menulis pasti masuk ke proses itu. Dia akan belajar. Proses itulah yg harus dipelihara, ditingkatkan," kata Chappy yang JUGA piawai bermain saksofon itu.
Baca juga: Abdul Hakim, redaktur pertama ANTARA "like father, like son"

Bagi sosok kelahiran Yogyakarta, 17 Desember 1947 itu, menulis adalah soal kemauan, sehingga tidak ada yang namanya kesulitan, termasuk menulis buku.

"Tidak ada kesulitan dalam menulis buku. Yang ada adalah mau atau tidak. Jadi, soal kemauan. Kalau menulis buku," katanya lagi.

Bahkan, Chappy selalu berusaha pada tanggal ulang tahunnya untuk menerbitkan buku, baik itu ditulisnya sendiri, kawan-kawan, maupun siapa saja, kemudian dia menyusunnya.

Sampai saat ini, ia pun tak ingat persis sudah berapa buku yang ditulisnya, tetapi setidaknya sudah lebih dari 30 judul buku.

Dari sekian banyak judul, antara lain "Dari Segara ke Angkasa" (2005), "Untuk Indonesiaku: Setumpuk Harapan ke Depan" (2006), "Pelangi Dirgantara" (2010), dan "Bunga Rampai Dirgantara Indonesia" (2019).

"Saya kepengen mengajak temen-temen, mungkin nanti saya membuka kelas supaya orang lebih banyak lagi mau menulis," kata Chappy pula.
Baca juga: Chappy Hakim luncurkan lagi buku penerbangan

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019