2. Diet telur

Jenis diet ini menerapkan pola makan rendah karbohidrat, dan kalori namun tinggi protein selama 14 hari. Peserta diet tidak boleh mengonsumsi makanan mengandung karbohidrat tinggi dan gula alami. Tujuannya, menurunkan berat badan tanpa mengorbankan aspek protein untuk membangun otot.

Mereka juga tidak mengenal sarapan, makan siang dan makan malam. Selama 14 hari, peserta hanya boleh makan telur atau air (atau minuman nol kalori).

Baca juga: Konsumsi protein berlebih bisa bahayakan ginjal

Apa diet ini aman untuk tubuh?

Studi dalam American Journal of Clinical Nutrition menunjukkan, diet ini membantu menginduksi perasaan kenyang dan menurunkan berat badan namun tidak sehat. Ada efek sampingnya, yakni kekurangan energi akibat penipisan karbohidrat.

Komunitas medis berpendapat, diet telur bukan cara paling aman menurunkan berat badan. Asupan kalori yang didapat hanya 1000 kalori per hari dan ini dianggap untuk pria atau wanita.

3. Diet Mediterania

Ahli gizi Lauren Slayton mengatakan, diet Mediterania menekankan konsumsi makanan tinggi omega-3 dan lemak sehat seperti ikan, minyak zaitun, kacang-kacangan, biji-bijian, buah-buahan dan sayuran.

Baca juga: Alasan diet Mediterania menempati peringkat satu

Diet ini bagus untuk usus karena meningkatkan bateri baik sebesar tujuh persen, melindungi tubuh terhadap stres dan peradangan oksidatif. Bagi para perempuan pasca-menopause, diet ini berdampak positif untuk massa otot dan kesehatan tulang.

Namun, ahli gizi asal Amerika Serikat Dr. Liz Weinandy seperti dilansir Livescience mengungkapkan, ada risiko pelaku diet melupakan olahraga karena mengira menerapkan pola diet Mediterania sudah cukup agar tubuhnya sehat.

Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2019