Surabaya (ANTARA) - Kesuksesan hasil kontingen Indonesia di SEA Games 2019 Manila, Filipina yang digelar akhir tahun 2019 bisa menjadi tolok ukur kinerja insan olahraga Tanah Air selama kurun setahun ini.

Ukuran kata sukses itu apabila dibandingan dengan hasil SEA Games sebelumnya tahun 2017 di Malaysia yang hanya menempati peringkat lima dengan raihan total 191 medali, rinciannya 38 emas, 63 perak dan 90 perunggu.

Sedangkan di Manila posisi Indonesia hanya naik satu strip berada di peringkat empat dengan total 267 medali, rinciannya 72 emas, 84 perak dan 111 perunggu.

Baca juga: Sejak awal Indonesia sulit finis kedua, ini penjelasan CdM

Raihan posisi di tahun 2019 sebenarnya bisa lebih baik lagi apabila tidak ada permasalahan internal yang menyelimuti beberapa cabang olahraga sebelum keberangkatan ke Filipina.

Sebab kontingen Indonesia sempat bertahan di peringkat kedua dalam beberapa hari. Namun, begitu mudahnya dalam hitungan jam di hari terakhir pelaksanaan olahraga terbesar se-Asia Tenggara dua tahunan itu posisi Ibu Pertiwi kesalip dua negara sekaligus, yakni Thailand dan Vietnam.

Sehingga Indonesia harus puas berada di posisi empat di bawah tuan rumah Filipina, Thailand kemudian Vietnam.

Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali pun mengakui merosotnya posisi Indonesia dalam hitungan jam karena tidak ikutnya beberapa cabang olahraga yang disebabkan masalah internal.

"Patut disayangkan kesalipnya kita di posisi kedua karena ada tiga cabang olahraga yang dimana Vietnam dan Thailand ikut, tapi kita tidak ikut. Seperti gulat, hoki, tenis meja dan beberapa cabang olahraga yang belum ada federasinya," kata Zainudin yang saat itu ditemui di Stadion Rizal Memorial, Manila.

Vietnam dan Thailand menyalip Indonesia dengan meraih pundi-pundi emas dari cabang olahraga yang tidak diikuti kontingen Indonesia, sehingga mereka menggeser posisi Indonesia.

Baca juga: SEA Games 2019, masalah yang dihadapi dan yang perlu dibenahi

"Kita tidak bisa ikut karena ada masalah internal yang tidak bisa dibereskan sebelum SEA Games 2019 berlangsung," katanya, menjelaskan.

Contoh permasalahan internal yang terjadi salah satunya di cabang olahraga hoki indoor. Akibat dualisme kepengurusan di cabang ini hoki dilarang tampil di SEA Games 2019 Filipina, karena tim yang berangkat tidak diakui Federasi Hoki Asia (AHF).

Padahal cabang ini mempunyai potensi yang bisa menambah pundi emas untuk mempertahankan posisi Indonesia di peringkat kedua kala itu.

Contoh cabang lain adalah gulat yang hingga kini tidak jelas arah pembinaanya, akibatnya atlet gulat nasional tidak bisa tampil di SEA Games 2019, padahal cabang gulat juga mempunyai potensi medali emas yang mempertahankan Indonesia di posisi kedua saat itu.

Alasan lain, menurut Komandan kontingen (CdM) Indonesia untuk SEA Games 2019 Harry Warganegara adalah karena Indonesia hanya mengikuti 80 persen nomor cabang olahraga di SEA Games itu, berbeda dengan negara lain yang ikut di semua nomor.

"SEA Games 2019 ada 530 nomor yang dipertandingkan. Tapi Indonesia hanya ikut 80 persennya. Di sini saja kita sudah tertinggal dengan negara lain yang turun di semua nomor," kata Harry.



Bersyukur

Meski demikian, Harry mengajak masyarakat Indonesia bersyukur dengan hasil tersebut, sebab target yang dibebankan Presiden Joko Widodo adalah patokan raihan 60 medali emas.

Ia mengakui, kontingen Indonesia awalnya tidak dibebani embel-embel target posisi kedua klasemen akhir dan hanya fokus untuk mengumpulkan jumlah medali semata.

Namun, di Istana Bogor, Presiden Jokowi menyampaikan target finis urutan kedua itu dengan estimasi 60 medali emas.

"Target awal kita diurutan empat dan paling baik urutan ke tiga. Tapi saat presiden meminta untuk posisi dua, kita tetap upayakan. Hasilnya memang cukup bagus namun belum bisa memenuhi target presiden," kata Harry menegaskan.

Menurut Harry, fokus hasil SEA Games 2019 Manila adalah pembinaan cabang olahraga untuk Olimpiade, hal ini agar bisa bersaing di kancah yang lebih luas.

Hal yang sama disampaikan Zainudin Amali. Pria kelahiran Gorontalo ini juga mengajak masyarakat Indonesia bersyukur dengan raihan prestasi olahraga Indonesia selama kurun 2019, khususnya di SEA Games 2019 Manila.

Alasannya, kontingen Indonesia telah mampu meningkatkan target awal medali di SEA Games Manila, sebab awalnya hanya ditetapkan 45 medali emas, namun dikoreksi menjadi 54 medali emas, kemudian ditetapkan lagi sebanyak 60 medali.

Baca juga: Raihan emas hampir dua kali lipat, Menpora ajak masyarakat apresiasi

"Dari target tersebut, Indonesia akhirnya mampu mengantongi 72 medali emas, dan menembus target yang sudah ditetapkan. Saya kira, anak-anak kita sudah kerja luar biasa. Dari target sudah bisa melebihi, itu luar biasa," kata Zainudin, saat ditemui di Malang, Jatim.

Tentunya, permasalahan olahraga yang ada di tahun 2019 tidak bisa dibiarkan begitu saja dan perlu langkah kongkret dalam menyelesaikannya, sehingga tidak muncul kembali di tahun 2020 dan menjadi kambing hitam ketika merosotnya prestasi olahraga Tanah Air.

Zainudin yang merupakan politisi Partai Golkar itu sejak SEA Games 2019 berakhir, juga telah menyiapkan langkah-langkah dalam menapaki prestasi olahraga di tahun 2020, salah satunya meminta kepada Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) untuk membereskan masalah internal tersebut.

"Saya akan minta kepada KONI melalui teman-teman yang ada untuk segera membereskan masalah internal, supaya ke depan tidak terjadi lagi," katanya.

Dan apa pun alasannya, kini SEA Games 2019 telah berakhir dan tetap harus disyukuri secara umum. Karena, sebagian atlet juga telah berjuang keras merebut medali atas nama bangsa dan negara.

Tentunya, atas nama bangsa dan negara pula ego diri masing-masing pengurus cabang olahraga yang masih terpecah harus dibenamkan dalam-dalam, dan menumbuhkan satu kepentingan nasional untuk menuju prestasi lebih baik di tahun 2020. Semoga.

Baca juga: Kecolongan di renang-atletik, CdM: harus perkuat cabang olimpik

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019