Denpasar (ANTARA) - Ratusan jemaat dari Kristen Protestan dan Katolik menjalani ibadah pada malam Natal di Gereja Oikumene Immanuel, yang beralamat di Jalan PB. Sudirman Denpasar.

"Iya, jadi malam ini adalah malam ibadah menyambut Hari Raya Natal besok, seperti biasanya melakukan kebaktian, dan saat ini ada 1400 lebih kepala keluarga yang ikut ibadah dari Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) wilayah Denpasar," kata Penatua Jemaat Gereja Oikumene Immanuel, Kace Leuwoel di Denpasar, Selasa.

Baca juga: Umat Katolik di Badung rayakan Natal bernuansa Bali

Ia mengatakan untuk GPIB tersebar di delapan tempat ibadah, tujuh di antaranya wilayah Kota Denpasar, satu lainnya ada di Kabupaten Jembrana.

Jemaat yang melakukan persembahyangan di Gereja Oikumene Immanuel, tidak hanya dari Kristen Protestan, namun jemaat Katolik juga bersama - sama memadati Gereja untuk menjalani ibadah malam Natal.

"Gereja Oikumene, itu aja artinya bersama atau gereja bersama, persekutuan bersama di mana semua umat berkumpul sama - sama, perbedaan dengan Katolik bukanlah menjadi masalah, siapa pun yang ibadah bisa ikut bersama," jelasnya.

Baca juga: Kapolri dan Panglima TNI serukan pesan damai Natal

Ia menjelaskan kegiatan yang rutin dilakukan menyambut Hari Raya Natal, yaitu memberikan hantaran kepada warga sekitar, utamanya kepada non-Nasrani. "Kita juga memberikan bantuan kepada yatim piatu, janda - janda, selain rutin tiap bulan, bantuan khusus juga ada untuk hari Natal ini," katanya.

Selain itu, Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK) Keuskupan Denpasar (Bali dan NTB), Romo Paskalis Nyoman Widastra, SVD mengajak semua umat manusia membangun persaudaraan bersama, tidak hanya agama tapi lintas agama.

"Melalui perayaan Natal ini diharapkan mampu mengajak kita bersama mempererat persaudaraan, kasih sayang dan saling memperhatikan satu sama lain,"ucapnya.

Ia menjelaskan untuk perayaan dari umat Katolik mengandung enkulturasi, dengan memakai aksesori atau pernak pernik Bali seperti pakaian adat Bali dan penjor.

"Dengan adanya budaya masyarakat menggunakan aksesori Bali dan selama tidak menimbulkan gejolak yang artinya kita nggak mau merebut itu tapi hanya menyesuaikan dengan budaya setempat," jelasnya.

Baca juga: Kapolda NTB jamin keamanan perayaan Natal 2019

Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019