Jakarta (ANTARA) - Global Influencer School sebagai sekolah pesohor berpengaruh (influencer) pertama di Asia Tenggara diluncurkan dengan tujuan mendorong munculnya tokoh menginspirasi dari Indonesia di kancah global yang memberikan manfaat sebesar-besarnya melalui sarana publikasi seperti media sosial.

"Setiap anak Indonesia adalah influencer global. Target kita di 2025, ada 500 orang Indonesia yang diidolakan warga dunia, jadi pembicaraan dan pemberitaan di berbagai belahan dunia," kata salah satu pendiri Global Influencer School Hariqo Satrio Wibowo dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan semua orang di Indonesia bisa menjadi influencer lewat jalur jurnalistik, media sosial, bisnis, olahraga, film, musik dan lain-lain.

"Soft diplomacy yang dilakukan influencer global dari Inggris, Amerika, Perancis, Korea, Cina, Turki, Rusia sangat terasa di Indonesia, mereka hadir dalam musik, film, olahraga, konten media sosial dan lain-lain," kata dia.



Ia mengatakan saat ini juga belum ada influencer dari Indonesia yang masuk dalam jajaran 100 Atlet Paling Terkenal di Dunia versi ESPN.

Untuk itu, kata dia, sekolah influencer agar dapat mendorong tumbuhnya tokoh-tokoh berpengaruh kelas dunia dari Indonesia.

"Kami belum menemukan orang Indonesia dalam TIME 100: The Most Influential People of 2019 dan World's 100 Most Influential People in Digital Government yang dikeluarkan apolitical.co," katanya.

Menurut dia, sebagai sebuah negara Indonesia juga tidak masuk dalam 30 negara yang punya kelebihan dalam Soft Power Index 2019. Berbagai pemeringkatan itu pantas dijadikan bahan evaluasi untuk Indonesia.

Hariqo mengatakan Indonesia selalu berada dalam lima besar negara dengan penduduk terbanyak di dunia.

Namun, kata dia, jika lihat daftar orang-orang paling berpengaruh di dunia tahun 2019, Indonesia masih tertinggal, bahkan dari negara-negara yang penduduknya jauh lebih sedikit dari Indonesia.

Potensi Indonesia, kata dia, sangat besar dengan keberagaman suku, agama, ras dan warna kulit penduduknya. Keragaman itu belum optimal menjadi modal sosial sebagai kekuatan besar.

"Justru kita sekarang sering ribut untuk hal-hal yang kurang subtansial. Potensi dan energi influencer harus didorong untuk kepentingan nasional, bukan kepentingan golongan atau orang per orang, apalagi kepentingan pihak luar," katanya.

Ia mengatakan daya tarik Indonesia dari alam dan budayanya sangat melimpah. Jika ditambah dengan daya tarik dan pengaruh manusianya maka Indonesia pasti semakin disegani.

Maka dari itu, Hariqo berharap sekolah influencer mampu memunculkan tokoh dari Indonesia yang memiliki potensi besar untuk mendunia.

Baca juga: Kemenhub resmikan "Transmate" komunitas influencer transportasi

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019