Sekarang era kekinian, maka produk harus keren
Gorontalo (ANTARA) - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki optimistis produk usaha koperasi dan UMKM khas Gorontalo akan diminati pasar, karena memiliki karakter kuat dan tidak kalah dari sisi kualitas dengan produk, yang telah lebih dulu ada di pasaran.

Menteri Teten pada Minggu meninjau Kopwan Metalik Jaya di Bunggalo, Telaga Jaya, Gorontalo, yang memproduksi kain khas Karawo.

Ia juga berkunjung ke Kelompok Pengolahan Hasil Agroindustri Jagung “Hasrat” Desa Dumati Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo, yang memproduksi pia jagung.

Baca juga: Teten sarankan UMKM Gorontalo kembangkan produk berbasis ikan laut

Teten mengatakan produk koperasi dan UMKM Gorontalo punya potensi yang besar untuk ditumbuhkembangkan dengan target pasar yang jelas.

“Dengan kekhasan Gorontalo, jadi misal untuk oleh-oleh wisatawan termasuk juga untuk dikonsumsi masyarakat lokal, jadi punya market yang cukup luas. Lalu, didukung oleh bahan baku melimpah dan keterampilan masyarakat,” kata Teten.

Ia menambahkan sejumlah catatan perbaikan untuk mendorong koperasi dan UMKM di Gorontalo khususnya yang bergerak di bidang kuliner agar cepat berkembang di antaranya adalah manajemen usaha harus ditingkatkan, pengembangan usaha diperluas, pemasaran diperluas, produksi dan higienitas, serta standardisasi produk ditetapkan.

Di sisi lain, kemasan dan branding produk juga harus benar-benar diperkuat.

“Sekarang era kekinian, maka produk harus keren. Dan, saya melihat semangat kewirausahaan di Gorontalo sangat luar biasa, kami bersama pemda dan perbankan akan mendorong ini agar lebih maju,” kata Teten.

Sedangkan untuk pembiayaan, ia mengatakan pemerintah sudah menyediakan fasilitas pembiayaan melalui berbagai program di antaranya Mekaar, Umi, hingga kredit usaha rakyat (KUR).

Ketua Kelompok Pengolahan Hasil Agroindustri Jagung “Hasrat” Jufri Harun mengatakan saat ini omzet pia jagung yang dijalankan dengan melibatkan para petani plasma sudah mencapai Rp120 juta per bulan.

“Kami bermitra dengan petani jagung untuk memastikan bahan baku terjaga,” katanya.

Kain Karawo

Pada kesempatan yang sama, Menteri Teten Masduki meninjau Kopwan Metalik Jaya yang memproduksi Karawo.

Karawo merupakan seni kerajinan sulam cukup rumit turun temurun sejak 1600-an karena harus terlebih dahulu mengiris dan mencabut benang dalam kain dengan hitungan yang tepat agar bisa disulam dengan benang warna-warni sesuai motif sehingga dihasilkan kain sulaman yang cantik.

Teten mengapresiasi pemilihan nama yang bagus yakni Metalik, meski sayangnya perlu ada perbaikan strategi bisnis, sehingga produk kopwan tersebut bisa menjadi kebanggaan atau ikon Gorontalo.

“Pemerintah Daerah setiap acara resmi harus pakai kain ini, harus ada gerakan kampanye. Saya dengar banyak permintaan pasar, tapi bagaimana ini harus diproduksi dengan untung, jadi harus ada strategi bisnis dan target market-nya,” katanya.

Teten menilai perlunya ada pelatihan untuk meningkatkan kapasitas anggota koperasi dan perajin di dalamnya yang seluruhnya perempuan.

“Ini juga basisnya ibu-ibu, di banyak negara yang basis kekuatannya ibu-ibu, pasti sukses. Sudah benar, kalau mau mengentaskan problem ekonomi di setiap daerah memang ibu-ibu ini diberdayakan,” kata Teten di hadapan puluhan perajin perempuan yang hadir.

Teten sekaligus berjanji akan mengirimkan konsultan bisnis, branding, dan desain agar produk kain Karawo bisa diterima segmen pasar yang lebih luas termasuk milenial.

Ia bahkan memesan khusus kain untuk Presiden Jokowi sehingga jika ada kesempatan dalam sebuah acara Presiden bisa turut mengenakan kain karawo asal Gorontalo agar bisa sekaligus mempromosikannya.

Sementara itu, Ketua Kopwan Metalik Jaya Ningsih Arif mengatakan sampai saat ini anggota koperasinya terus berkembang namun dari sisi omzet masih relatif kecil yakni Rp50 juta per tahun.

“Salah satunya karena pemasaran belum luas, dalam beberapa waktu terakhir sudah mulai dikembangkan pemasaran melalui online tapi belum maksimal,” katanya.

Kopwan Metalik Jaya selama ini mewadahi para ibu di sekitar kampung untuk menghasilkan kain karawo yang bisa rampung menjadi produk kerajinan memakan waktu berhari-hari bahkan sebulan misalnya untuk sebuah hiasan dinding bergambar burung Garuda Pancasila.

Pada kesempatan yang sama Wakil Gubernur Idris Rahim mengatakan pada dasarnya pelaku koperasi dan UMKM di Gorontalo menghadapi tiga kendala yang sering menghambat kemajuan mereka.

“Kendala utamanya ada tiga yaitu dari sisi pembiayaan, manajemen usaha dan keuangannya, lalu pemasaran,” kata Idris.

Baca juga: Teten Masduki imbau koperasi garap sektor produksi
Baca juga: Menpar apresiasi Gorontalo Karnaval Karawo 2019

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019