Jakarta (ANTARA) - Pada pengujung tahun 2019, PSSI secara resmi mengumumkan Shin Tae-yong sebagai pelatih tim nasional Indonesia anyar, yang kedatangannya seakan membuka harapan bagi timnas dalam memulai babak baru sepak bola Indonesia ke arah yang lebih positif.

Pelatih asal Korea Selatan itu telah menandatangani kontrak bersama PSSI untuk durasi selama empat tahun. Ia dibebani tugas untuk mengurusi timnas senior yang ditargetkan juara Piala AFF 2020.

PSSI tentu berharap banyak dengan kehadiran Shin untuk bisa memperbaiki prestasi sepak bola Indonesia, terlebih Indonesia yang kala itu masih dilatih Simon McMenemy berada di situasi terpuruk di Grup G putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2020 zona Asia.

Baca juga: Alasan Shin Tae-Yong terima tawaran PSSI latih timnas

Indonesia mencatatkan nirkemenangan dalam lima pertandingan melawan Malaysia, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Vietnam. Yang lebih buruk adalah tiga dari lima hasil negatif tersebut diperoleh saat laga kandang yang mengantarkan Garuda kini masih berada di dasar klasemen Grup G dengan nirpoin.

Oleh karena itu, Shin bakal memikul tanggung jawab yang berat untuk memulai babak baru timnas Indonesia ke tren yang lebih positif. Walaupun telah kalah dalam lima laga terakhir, setidaknya ia bisa memperbaiki catatan buruk itu dan menang di tiga laga tersisa kualifikasi Piala Dunia 2022.

Tidak hanya itu, sederet tugas berat itu kian bertambah kala Shin juga mendapat tugas khusus melatih timnas U-20 yang akan berlaga di Piala Dunia 2021, dimana Indonesia bakal menjadi tuan rumah kejuaraan tersebut.

Indonesia yang berstatus sebagai tuan rumah tentu tak ingin jika hanya "numpang lewat" dalam turnamen tersebut. Shin akan bekerja sekuat tenaga untuk membuktikan skuat Garuda Muda bisa lolos di fase grup Piala Dunia U-20 nanti.

Baca juga: Shin Tae-yong akan dikontrak selama tiga tahun

Tumpuan besar PSSI kepada Shin untuk memperbaiki kualitas timnas Indonesia itu juga amat dapat dimaklumi dengan statusnya yang pernah mencatatkan sejarah bagi Korea Selatan yang mampu mengalahkan Jerman 2-0 pada fase penyisihan grup Piala Dunia Rusia 2018.

Menanggapi hal tersebut, Shin pun optimistis, meskipun Indonesia berada di peringkat ke-173 FIFA, ia bisa memperbaiki satu demi satu masalah yang kini dihadapi. Pernyataan itu seolah menebar keyakinan bagi timnas Indonesia untuk meraih titel juara di bawah asuhannya.

"Memang Indonesia sekarang peringkat ke-170-an tapi tidak masalah. Sedikit demi sedikit kita akan maju dan perbaiki. Memang tidak akan bisa terburu-buru juara," kata Shin seusai meneken kontrak di Stadion pekansari, Bogor, Sabtu (28/12).

"Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk berprestasi bersama Indonesia karena harapan besar untuk bisa membawa Indonesia."

Baca juga: PSSI berharap pada tuah Shin Tae-yong

Shin rencananya mulai mengumpulkan sekitar 60 pemain dari U-22 dan senior pada 6 Januari tahun depan untuk diseleksi siapa yang layak masuk ke dalam skuatnya.

Saat menangani timnas Indonesia nanti, Shin juga akan bekerja sama dengan para pelatih nasional yang namanya akan segera diumumkan oleh PSSI. Dengan bantuan mereka diharapkan dapat membantu dia dalam memahami kualitas serta kultur para pemain yang sangat beragam.

Kendala fisik

Kendala fisik para pemain timnas Indonesia menjadi salah satu perhatian Shin dalam membuat program pelatihan nanti. Ia berujar bahwa stamina menjadi kunci penting di atas strategi apapun yang dipakai saat bermain.

"Mental harus kuat, fisik pun harus kuat, artinya lebih fokus lagi di lapangan. Dan kalau fisik kuat bisa lebih semangat untuk menang," ujar Shin.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Shin pun telah berbicara dengan pelatih timnas U-22, Indra Sjafri. Soal itu ia mengatakan akan membawa tim pelatih terbaik dari Korea Selatan yang nantinya khusus menempa dan melatih fisik para pemain. Mereka merupakan pelatih yang berpengalaman di Piala Dunia Rusia 2008 dan Piala Dunia U-17 dan U-20.

PSSI pun menyanggupi permintaan Shin yang dianggap memiliki visi yang sama dengan federasi, yakni membuat program pelatihan yang terukur.

"Kami akan memberikan apapun yang diminta Shin," ujar Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan ​​​​​​.

Selain menangani timnas senior, Iriawan juga mengungkapkan bahwa Shin juga akan ditugaskan untuk memantau para pemain junior. Harapannya, Shin bisa turut memberikan pembinaan kepada para pemain muda.

"Ia bisa jadi konsultan mulai dari U-16, jadi dia tahu pemain mana yang punya talenta tinggi," ucap Iwan.

Etos kerja

Sementara itu, pengamat sepak bola Supriyono Prima berpendapat bahwa kehadiran Shin Tae-yong dapat menjadi titik awal bagi kemajuan sepak bola Indonesia pada 2020.

Kendati begitu, ada satu hal yang menjadi sorotan. Ia menuturkan bahwa keberadaan Shin tidak akan berhasil membawa timnas Indonesia untuk juara apabila tanpa dibarengi dengan etos kerja dari para pemainnya.

Baca juga: PSSI: penetapan Shin Tae-Yong latih timnas tinggal finalisasi

Supri mencontohkan, para pemain Korea Selatan seperti Park Ji Sung yang pernah bermain untuk Manchester United, dan Song Heung-min -- yang kini bermain untuk klub Inggris Tottenham Hotspur-- mempunyai kualitas permainan yang sangat baik karena mereka juga memiliki etos kerja yang tinggi.

"Taktikal sekeren apapun gak bisa jalan kalau etos kerjanya gak jalan. Ketika etos kerja sudah dibentuk nanti mentalnya kuat," ujar Supri.

"Dari situ nanti ada tanggung jawab untuk selalu prima karena mental berawal dari 'mindset'," ujarnya menambahkan.

Kehadiran Shin yang dikontrak selama empat tahun itu pun diharapkan bukan hanya sekadar bisa mengantarkan Indonesia mengangkat trofi juara, tetapi juga membentuk fondasi yang kuat bagi pemain Indonesia, terutama para pemain muda.

"Kalau wawasan taktikal tidak dibuat dari usia muda nanti senior pun akan sulit ya berkembang, pertumbuhan itu bakal sulit,

"Ingat jangan hanya jadi juara, tapi membawa pemain kita cerdas."

Baca juga: PSSI kini mulai menuai mimpi

Tahun 2020, babak baru akan dimulai. Dengan ekspektasi publik yang tinggi, Timnas Indonesia tentu harus mampu membuktikan diri, menggapai asa yang sudah terpendar agar tak hanya sekadar menuai mimpi.




 

Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2019