Jakarta (ANTARA News) - Kearifan lokal masyarakat Samin/Sikep di Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah terusik rencana perluasan penambangan pabrik semen (PT Semen Gresik Tbk) di Pegunungan Kendeng tetap bergulir atas dukungan Bupati Pati Tasiman dan Gubernur Jawa Tengah terpilih Bibit Waluyo (yang menjual ikon "bali deso mbangun deso" atau pulang ke desa untuk membangun desa saat kampanye). Hasil penelitian beberapa perguruan tinggi dari Universitas Diponegoro, Semarang yang mendukung eksploitasi di pegunungan Kendeng, sangat bertentangan dengan hasil penelitian dari Universitas Gajah Mada dan UPN Yogyakarta. Pegunungan Kendeng, perbukitan yang letaknya memanjang masing-masing berbatasan Kabupaten Pati dan Grobogan, perbukitan dengan ketinggian 4000-500 (mdpl) banyak mengadung kapur, tanahnya subur dan hijau banyak ditanami pohon jati (oleh inhutani). Di Pegunungan Kendeng merupakan sumber mata air (lebih dari 200 mata air) dan beberapa sungai bawah tanah, juga hiasan stalaktit yang indah gua dibawah pegunungan. Dengan tanaman jati yang dikelola oleh Perhutani merupakan daerah resapan, untuk mengairi persawahan masyarakat Sikep di Desa Gadureo dan Desa Kasiyan. "Sedulur Sikep" dengan kearifan lokal yang selalu menjaga keselarasan dan keseimbangan dengan masayarakat dan alam yang senantiasa dipelihara melalui tradisi lisan melalui keyakinan bertahun (hampir 100 tahun sejak pendahulunya Samin Surosentiko meninggal di Padang), melalui kejujuran nurani sedulur (demikian masyarakat Samin memandang orang lain adalah keluarga) turut bersikap atas kehadiran perusahaan yang akan mengelola gunung Kendeng. Penulis ingat atas tulisan Harry Benda "Samin movement yang melawan pemerintah Belanda karena dipaksa membayar pajak", akankah hal ini berulang?. Prinsip hidup masyarakat Sikep/Samin "wong sikep sekolahe karo pacul" (orang Sikep sekolahnya dengan cangkul), masyarakat Sikep dilarang bisnis (nilai yang terkandung bisnis cenderung curang). Masyarakat yang tekun dalam bertani, dan pantang melakukan bisnis, jika sawah sebagai sumber penghidupan itu harus diambil untuk kepentingan pabrik, maka sedulur Sikep akan mempertahankan, "sawah itu untuk makan makan anak cucu bagaimana masyarakat sikep kalau tidak punya sawah?". Kejujuran nurani sedulur Sikep sedang diuji dengan gemuruhnya pembangunan ekonomi dan modernitas, masyarakat samin dengan kesederhanaan, keyakinan, serta menjaga kearifan sekarang berbenturan dengan kepentingan ekonomi yang didukung birokrasi yang kuat. Kepentingan ekonomi dan kearifan lokal berbenturan dengan keras pada suatu daerah kecil yang jauh dari keriyaan. Pemimpin daerah (yang selama ini mengabaikan keberadaan masayarakat Samin) menjadi terkendala, dengan munculnya sikap penolakkan secara gencar, hal ini perlu pertimbangan secara mendalam, pembangunan bentuknya tidak harus modern dan maju secara ekonomi dari angka-angka statistik semata, juga harus melihat nilai dan budaya masyarakat yang dipelihara secara bertahun. Masyarakat Sikep yang filosofinya hidup dengan bertani (yang seharusnya dibina dan didukung program pemerintah yang sekarang harus melipat gandakan hasil pangan ), malah dikesampingkan. Mereka tidak perlu tanda pahlawan, dan tanda jasa. Oleh karena itu perlu ada langkah strategis dan sikap yang arif dari pemimpin birokrat di pusat dan daerah. Mengapa harus mengorbankan Pegunungan Kendeng dengan mengusik kesembangan alam yang selama ini selalu memberikan penghidupan masyarakat sekitar?. Reaksi masyarakat Sukolilo didukung Himpunan Mahasiswa Semarang menagih janji kepada Gubernur terpilih (Bibit Waluyo), bagaimana realisasi pulang ke desa dengan membangun desa, dengan menaikkan taraf hidup petani dengan melipatgandakan hasil pertanian, bagaimana dengan rencana perluasan Pabrik Semen Gresik di Pegunungan Kendeng tidak sesuai dengan program kampanye dan akan kontra produktif. Utusan Pemuda Tani Kecamatan Sukolilo, bersama masayarakat yang menolak keberadaan semen Gresik dengan didampingi WALHI Jakarta menghadap Menteri LH (tanggal 6 November 2008) dan berusaha bertemu dengan Menteri ESDM, yang mana hasilnya tidak sesuai dengan harapan masyarakat yang menolak. Seharusnya Menteri LH menanggapi pengaduan masyarakat Sukolilo dengan mengeluarkan rekomendasi untuk segera melakukan penelitian mengenai dampak lingkungan dari rencana perluasan pabrik semen Gresik dengan melibatkan tiga perguruan tinggi diatas, serta melibatkan unsur-unsur LSM setempat agar hasilnya dapat dipertanggung- jawabkan. Masih terngiang dengung konferensi negara-negara yang berkomitmen untuk menjaga pemanasan global baru-baru ini di Bali, pemerintahan SBY-JK juga berkomitmen untuk melaksanakan program "Go Green"nya, maka patut dipertanyakan ?. Marilah kita untuk memajukan pembangunan di negara ini dengan tidak mengorbankan kejujuran nurani, kearifan lokal serta menjaga keseimbangan alam ini. (*) Penulis adalah Peneliti pada LPSH-HILC dan Dekan pada FH Usahid Jakarta.

Oleh Oleh : Stefanus Laksanto Utomo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008