Ini capaian luar biasa yang memegang prinsip zero waste (tanpa limbah) dan ini saya kira wajib menjadi rekomendasi bagi pembudidaya ikan lainnya. Bisa dibayangkan jika semua mampu menghasilkan inovasi serupa, maka bukan hanya nilai ekonomi yang didap
Jakarta (ANTARA) - Dalam salah satu kunjungannya ke Garut, Jawa Barat, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo terlihat sumringah saat menggelar dialog dengan pembudidaya ikan dan Kelompok Pakan Ikan Mandiri se-Garut Leles Lestari di Desa Leles, Kecamatan Leles, Garut, 28 Desember 2019.

Pasalnya, kelompok tersebut berhasil membuat pakan ikan berbahan baku black soldier fly (BSF) atau maggot. Maggot dinilai merupakan salah satu sumber protein yang sangat baik bagi pertumbuhan berbagai jenis ikan.

"Ini capaian luar biasa yang memegang prinsip zero waste (tanpa limbah) dan ini saya kira wajib menjadi rekomendasi bagi pembudidaya ikan lainnya. Bisa dibayangkan jika semua mampu menghasilkan inovasi serupa, maka bukan hanya nilai ekonomi yang didapatkan, tapi secara langsung kita berperan dalam penyelamatan bumi dari masalah sampah," katanya.

Sebagaimana diketahui, BSF merupakan jenis lalat dari sekian banyak jenis lalat yang ternyata memberikan banyak sekali manfaat bagi manusia. Selama hidupnya maggot ini memakan hal-hal yang bersifat organik, dan ini dapat dimanfaatkan untuk menekan limbah organik.

Selain itu, protein serangga itu juga memiliki kualitas yang tinggi dan menjadi sumber daya makanan ikan. Sedangkan sebagai salah satu upaya solusi terhadap pelestarian lingkungan dan sumber daya alam untuk menghadirkan manfaat bagi kemandirian dan pemberdayaan masyarakat sekitar.

Edhy Prabowo juga menegaskan bahwa sebagai menteri, dirinya diperintahkan Presiden untuk terus membangun komunikasi kepada pembudidaya dan nelayan dengan baik serta membangun sentra produksi perikanan budidaya dengan optimal, karena di perikanan budidaya akan tercipta lapangan pekerjaan dan devisa untuk negara.

Edhy juga sangat bangga dan memberikan apresiasi kepada Kelompok Leles Lestari yang dapat mengolah sampah organik dari limbah kulit nangka, kulit pisang, dan lain-lain yang dikumpulkan oleh masyarakat sebanyak 7 ton dapat menghasilkan 3,5 ton maggot sebagai bahan baku pakan ikan yang proteinnya tinggi.

Ia menyampaikan bahwa betapa pentingnya pembuatan pakan secara mandiri oleh para kelompok pembudidaya ikan. Artinya mengurangi ketergantungan dari pakan pabrikan yang harganya semakin hari semakin mahal.

KKP mendorong pembudidaya ikan di berbagai daerah dapat memproduksi pakan ikan mandiri, mengingat pakan merupakan komponen biaya produksi terbesar yakni hingga sekitar 70 persen.

Baca juga: KKP apresiasi pembuatan pakan ikan berbahan baku maggot

Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto menyatakan, penggunaan pakan mandiri terbukti mampu menekan biaya produksi minimal 30 persen, sehingga nilai tambah keuntungan pembudidaya naik.

Dampak tersebut, lanjutnya, tampak dari pendapatan rata-rata pembudidaya mengalami kenaikan yakni dari Rp3,03 juta per bulan pada tahun 2017 menjadi Rp3,39 juta per bulan di tahun 2018 atau naik 8,9 persen.

Ia mengingatkan bahwa angka ini menunjukkan bahwa pendapatan pembudidaya ikan jauh lebih besar dibandingkan dengan UMR Nasional sebesar Rp2,26 juta.

Selain itu, ujar Slamet Soebjakto, di sisi lainnya, kualitas produk pakan mandiri juga mampu bersaing dengan pakan pabrikan.

"Harga pakan mandiri dipastikan terjangkau dengan kuantitas dan kualitas yang kompetitif dengan pakan pabrikan. Selain itu, kita pastikan produk pakan dibuat melalui penerapan prinsip-prinsip cara pembuatan pakan yang baik sehingga produk akan selalu dipercaya masyarakat sehingga akan semakin berkembang," katanya.

Menurut dia, suplai pakan yang terjangkau sesuai kebutuhan pembudidaya ikan menjadi sangat penting. Oleh karena itu KKP terus mendorong pembudidaya mengusahakan pakan secara mandiri. Bila pakan ikan murah kemudian kualitasnya bagus, maka pembudidaya semakin berdaya dan ekonomi mereka semakin meningkat pula.

Ia memaparkan pakan ikan berkualitas yang baik memiliki kriteria di antaranya dapat dicerna dengan baik oleh ikan, sehingga rasio pemanfaatan pakannya juga bisa berada di tingkatan yang memadai. Kemudian, pakan harus ramah lingkungan artinya tidak merusak lingkungan karena pakan mampu diserap oleh ikan sehingga hasil metabolisme rendah.

Selanjutnya, ujar Slamet, ke depannya pendampingan dari berbagai pihak juga menjadi kuncinya, bagaimana nanti pembudidaya ikan disosialisasikan cara memproduksi pakan mandiri.

Baca juga: KKP-FAO kerja sama produksi formula pakan ikan patin

Saat ini melalui UPT Ditjen Perikanan Budidaya terus melakukan pendampingan bagi kelompok penerima bantuan program gerakan pakan ikan di antaranya melalui pembelajaran cara pembuatan pakan yang baik mulai dari pengolahan bahan baku, memformulasikan pakan, pembuatan pakan hingga cara pengemasan dan penyimpanan pakan.

Selain itu, KKP juga akan membantu mempermudah registrasi peredaran pakan ikan. Lalu, untuk keberterimaan produk diterima di tengah-tengah masyarakat, penerapan prinsip Cara Pembuatan Pakan Ikan yang Baik (CPPIB) juga diterapkan.

KKP bakal mengkaji ulang pula berbagai persyaratan yang ada dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait komoditas pakan ikan karena kemajuan teknologi dinilai telah mengubah sejumlah berbagai aspek.

Selain di dalam negeri, KKP juga bersama-sama dengan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) bakal bekerja sama dalam memproduksi formula pakan ikan yang berkualitas, khususnya untuk komoditas ikan patin.

"KKP dengan FAO melakukan proyek kerja sama 'Supporting Local Feed Self-Sufficiency for Inland Aquaculture in Indonesia'," kata Slamet Soebjakto.

Proyek tersebut merupakan kolaborasi yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pakan ikan khususnya ikan air tawar yang berkualitas tinggi dengan biaya murah oleh para produsen pakan skala kecil di Sumatera Selatan.

Ia menilai berbagai bentuk dukungan FAO antara lain karena memandang Indonesia merupakan negara yang sangat diperhitungkan dalam kinerja akuakultur global, khususnya bagi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dunia.

Baca juga: FAO apresiasi program kemandirian pakan ikan Indonesia

Slamet membeberkan, proyek kolaborasi dengan FAO melalui percontohan produksi pakan mandiri di Provinsi Sumatera Selatan berjalan dengan memuaskan. Hal ini ditandai dengan dihasilkannya paket formula pakan mandiri yang berkualitas dan biaya murah, khusus untuk ikan patin.

"Ini saya rasa hasil yang memuaskan, bahwa formula pakan FAO memberikan respons yang baik terhadap pertumbuhan dan efisiensi produksi. Saya yakin dengan menggunakan formula ini usaha budidaya ikan patin, khususnya di Sumatera Selatan akan semakin berkembang. Komoditas patin akan terus kita dorong, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri saja, namun kita akan dorong untuk ekspor. Terlebih pasar sudah mulai terbuka misalnya ke Timur Tengah, UE, Amerika dan negara Asia," jelasnya.

Ditambahkan Slamet, pakan mandiri saat ini memiliki kualitas yang tidak kalah jauh dengan pabrikan dan sudah banyak berkembang misalnya dengan penggunaan silase, enzim dan bahan baku lokal seperti Palm Karnel Milk (PKM) dan upaya ini berhasil meningkatkan efisiensi pakan.

FAO juga mengapresiasi program terkait kemandirian pakan ikan di Indonesia yang dinilai merupakan contoh baik untuk negara-negara di kawasan Asia Pasifik. "Kegiatan pakan mandiri sangat tepat dengan semangat dunia untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengurangi kelaparan dengan penyediaan pangan yang sehat, yang sesuai dengan tema hari pangan sedunia hari ini yaitu our actions are our future, healthy diets for a zero hunger world," kata Kepala Perwakilan FAO Indonesia Stephen Rudgard.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim menyatakan bahwa pengembangan pakan ikan yang sedang didorong pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan harus dapat tersebar secara merata di Nusantara.

Menurut Abdul Halim, pemerintah harus bisa mengembangkan pakan hingga ke level komunitas pembudidaya ikan, serta juga harus dapat dioptimalkan di banyak sentra produksi, agar kesejahteraan para pembudidaya di berbagai daerah juga dapat terus melesat.

Baca juga: Bertekad tekan pakan ikan impor, KKP lirik palm kernel meal
 

Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020