Jakarta (ANTARA) - Sejumlah pemuda kompleks Perumahan Wisma Tajur di Pondok Kacang Ciledug Kota Tangerang rela menyelam dan berenang untuk menolong warga permukiman yang sudah lansia agar dapat bertahan pada kondisi banjir.

Salah satu anak muda yang juga warga Wisma Tajur adalah Hendy Yudhistira. Dia rela melompat dari lantai dua rumahnya dan menerjunkan diri ke air banjir untuk mengambil tangga sebagai alat evakuasi saat air sudah mencapai 2,5 meter pada hari Rabu (1/1).

Hendy melompat dan menyelam ke dalam air banjir sedalam 2,5 meter untuk mengambil tangga yang berada di dasar genangan.

Kompleks Perumahan Wisma Tajur memang berada dekat dengan aliran Kali Angke. Tanggul Kali Angke yang jebol akibat debit air berlebih membuat air sungai meluap dan membanjiri permukiman sekitar hingga mencapai 2,5 meter.

Baca juga: Anies kembali singgung soal normalisasi sungai

Baca juga: Ridwan Kamil imbau warga waspadai anomali cuaca


Hujan yang tidak kunjung reda sejak sore pada hari terakhir 2019 hingga pagi hari di awal tahun 2020 sempat membuat genangan banjir di jalan kompleks Wisma Tajur. Banjir. Banjir bisa teratasi karena ada sejumlah warga yang memiliki pompa air dan mengalihkannya ke Kali Angke.

Hendy sengaja memindahkan mobilnya ke depan perumahan yang lokasinya lebih tinggi. Dia terkejut ketika kembali air sudah setinggi pinggangnya. "Padahal enggak sampai 15 menit," katanya.

Dia langsung bergegas membawa orang tua, keluarganya, dan tetangga yang tidak memiliki rumah tingkat untuk evakuasi ke lantai atas rumahnya. Tidak berapa lama air sudah setinggi atap rumah berlantai satu.

Sejak siang hingga malam hari tidak ada bantuan yang datang untuk evakuasi maupun membawa logistik bantuan bagi korban banjir yang masih menetap di lantai atas rumahnya.

Hendy sempat melihat petugas yang melintas menggunakan perahu karet. Dia pun meneriaki mereka untuk meminta bantuan. Namun, petugas di perahu karet tersebut terus melintas tanpa menghampiri.

"Padahal, ada ibu hamil sama orang sakit di gang ini," kata Hendy.

Baca juga: Polda Metro Jaya petakan kebutuhan pengungsi banjir

Hingga akhirnya pada malam hari datang bantuan perahu karet besar dari Universitas Bina Nusantara untuk evakuasi ibu hamil dan orang sakit menggunakan tangga yang diambil Hendy dengan menyelam. Kebetulan tetangga Hendy ada yang bekerja di Universitas Binus.

Bantuan tersebut juga membawakan makanan untuk penduduk sekitar yang masih bertahan dan membawakan perahu karet kecil yang dibeli secara mandiri.

"Ini 'kan kompleks, rata-rata pemiliknya di atas 50 tahun 60 tahun," kata Hendy.

Ia bercerita alasan penduduk setempat belum mengungsi. Selain tidak adanya evakuasi dari petugas, juga khawatir adanya pencuri yang memanfaatkan kondisi banjir.

Banjir yang tingginya hampir menyampai atap rumah di kompleks Wisma Tajur Ciledug Tangerang, Kamis (2-1-2019).
Pada saat banjir besar pada tahun 2007, kata Hendy, juga terjadi pencurian di komplek Wisma Tajur saat ditinggal penghuninya mengungsi.

Baca juga: TNI-Polri gelar patroli cegah aksi kriminal di tengah banjir

Hendy yang juga merupakan ASN di Kementerian Kesehatan dan biasa bekerja bersama wartawan sebagai humas di Kemenkes memiliki akses ke pejabat BPBD setempat.

Dia berusaha menghubungi Kepala BPBD Tangerang melalui WhatsApp untuk meminta bantuan. Namun, usahanya sia-sia karena pesan Hendy yang dibaca saja tanpa ada respons hingga Kamis pagi.

Alhasil dengan bermodalkan perahu karet kecil yang hanya cukup untuk satu orang, Hendy keluar kompleks perumahannya yang banjir untuk membeli makan di luar dan mendistribusikannya kepada warga yang masih bertahan di rumah saat banjir.

Selain itu, dia juga membantu warga yang ingin mengungsi dari rumahnya yang terendam banjir.

Hendy mengevakuasi warga secara mandiri tanpa dibantu petugas di kompleks Wisma Tajur Ciledug Tangerang, Kamis (2-1-2019).
Beruntung pada Kamis siang tinggi muka air mulai surut hingga sekitar 1,5 meter sehingga Hendy masih dapat berjalan walaupun sebagian tubuhnya harus terendam air.

Hendy bersama tiga orang temannya membawa makanan dan air bersih di perahu karet, sementara sebagian tubuhnya yang terendam air menarik perahu karet.

Dia bahkan mendapatkan luka sobekan di kakinya akibat terkena benda tajam saat berendam di dalam air.

"Untuk melayani para orang tua di kompleks sepuh ini," kata Hendy tak mempedulikan kakinya.

Hendy pasrah dan berharap agar debit aliran Kali Angke cepat surut agar banjir yang menggenangi kompleks Wisma Tajur juga cepat surut.

Hujan yang terus turun sejak Selasa (31/12) sore hingga Senin (1/1) siang di wilayah Jabodetabek menyebabkan banjir di sejumlah wilayah dikarenakan air sungai yang meluap.

Baca juga: Korban banjir di Lebak mulai terserang gatal-gatal

Banjir mencapai lebih dari 2 meter di sejumlah wilayah. Ada pula berarus deras karena luapan air sungai dari tanggul yang jebol. Selain menyebabkan kerusakan bangunan, longsor, dan kendaraan yang hanyut, banjir juga menelan korban jiwa.

Berdasarkan data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana pada hari Kamis (2/1) pukul 21.00 WIB jumlah korban meninggal di Jabodetabek mencapai 30 orang.

Sebanyak tiga orang meninggal karena hipotermia, lima orang tersengat listrik, lima orang tertimbun tanah longsor, dan 17 orang terseret arus banjir. Kabupaten Bogor menjadi yang terbanyak menelan korban jiwa, bahkan sampai 11 orang.

Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020