Canberra (ANTARA News) - Publik internasional, termasuk Australia, akan segera melupakan berita-berita gawat media tentang eksekusi Armozi, Ali Ghufron dan Imam Samudera, sehingga suasana liburan Natal 2008 dan Tahun Baru 2009 di Bali diperkirakan tetap ramai, kata Pengamat Pariwisata Bali, I Nyoman Darma Putra. "Syukurlah proses eksekusi usai sudah, delapan minggu sebelum puncak liburan akhir tahun tiba. Suasana liburan Natal dan Tahun Baru di Bali tampaknya akan ramai karena dalam beberapa hari mendatang publik akan segera melupakan berita-berita gawat tentang eksekusi Amrozi cs," katanya. Kepada ANTARA yang menghubunginya dari Canberra, Minggu, penulis buku "Tourism, Development and Terrorism in Bali" (London, Ashgate 2007) itu mengatakan, dalam beberapa hari ke depan, diharapkan Indonesia, khususnya Bali, aman dari serangan teroris karena kondisi aman ini akan berdampak positif bagi pariwisata. "Para wisatawan Australia yang mungkin sempat ragu untuk berlibur ke Bali karena `travel warning` (peringatan perjalanan) pemerintahnya akan kembali menjadwalkan liburannya ke luar negeri, terutama Bali dalam beberapa hari ke depan, terutama kalau tidak ada insiden atau serangan teroris," katanya. Belakangan ini maskapai penerbangan Garuda Indonesia, JetStar dan Virgin Blue telah membuka dan memperbanyak jalur penerbangan langsung mereka ke Bali dari Australia. Garuda dan Virgin Blue, misalnya, mulai awal dan pertengahan Desember 2008 ini membuka penerbangan langsung Brisbane-Bali. "Maskapai-maskapai penerbangan ini secara agresif mempromosikan liburan ke Bali lewat berbagai media massa seperti koran, televisi dan internet. Promosi ini akan mempengaruhi niat warga Australia berlibur ke Bali," kata Darma Putra. Seberapa ramai kunjungan wisatawan Australia ke Bali akhir tahun ini akan lebih ditentukan oleh nilai tukar mata uang mereka daripada faktor-faktor lain, termasuk keamanan. Kalau nilai tukar dolar Australia tiba-tiba kembali normal atau meningkat atas rupiah, mereka yang memang sudah harus berlibur saat akhir tahun akan berkemas-kemas ke Bali, katanya. "Ancaman serangan dan balas dendam pasca-eksekusi akan tetap ada, tapi tampaknya kecil kemungkinan terjadi, karena kalau saja kelompok teroris memang memiliki kemampuan untuk menyerang, kemungkinan mereka sudah melakukannya sejak dulu," kata Darma Putra. Terlebih lagi, aparat keamanan telah melakukan tugas dengan baik selama ini. Banyak anggota kelompok teroris di Indonesia yang sudah ditangkapi dan banyak pula upaya penyerangan mereka yang sudah digagalkan. Namun demikian, kewaspadaan menjaga keamanan tetap harus diprioritaskan demi keselamatan bersama, katanya. Sepanjang Tahun Kunjungan Wisata Indonesia 2008, Depbudpar RI menargetkan kunjungan 380 ribu orang wisatawan Australia ke Bali atau meningkatkan dari tahun 2007, yakni sebanyak 314.432 orang wisatawan. (*)

Copyright © ANTARA 2008